SUATU
TINJAUAN STRATEGI MENGAJAR MATEMATIKA
UNTUK
PROBLEM SOLVING
Oleh : Saryanto, UPBJJ-UT Purwokerto
3 Januari 2019
A. Pendahuluan
Suatu
pertanyaan /soal matematika yang menjadi masalah bagi seseorang, belum
tentu menjadi masalah bagi orang lain.
Perlu kita ketahui bahwa suatu masalah akan menjadi masalah bagi seseorang,
jika orang tersebut belum menguasai hukum tertentu, yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Berlaku sebaliknya, suatu masalah bisa
diselesaikan oleh sesorang, jika masalah itu sudah diketahui cara
penyelesaiannya. Dengan demikian suatu masalah adalah bersifat subyektif.
Dapat juga dikatakan bahwa seorang siswa
dapat menyelesaikan suatu masalah, jika siswa tersebut sudah menguasai konsep
prasyarat ( konsep yang telah dipelajari sebelum-nya ), yang merupakan pondasi
konsep yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan.
Oleh sebab itu masalah yang
diberikan kepada siswa, hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesiapan berpikir
siswa, sehingga masalah itu dapat diselesaikanya menggunakan prosedur yang
tepat.
Konsep, postulat, aksioma dan teorema harus dipelajari dan
dipahami terlebih dulu oleh siswa, agar siswa dapat menyelesaikan pertanyaan /
masalah yang diberikan oleh guru. Kemampuan /
keterampilan guru menyampaikan informasi pengetahuan kepada siswa melalui
kegiatan belajar mengajar ( KBM ), berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, guru harus terampil
memilih strategi mengajar yeng tepat, sehingga siswa dapat menyelesaikan
masalah sesuai tingkat kemampuan berpikir siswa.
Perlu anda
ketahui bahwa dalam pembelajaran harus ada subyek/ guru yang mengajar dan obyek/ siswa yang belajar. Mengajar adalah suatu kegiatan
dimana pengajar ( guru ) menyampaikan informasi pengetahuan atau pengalaman
kepada siswa. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan oleh
guru dapat dipahami siswa . Hendaklah
guru dalam mengajar matematika kepada siswa lebih menekankan pada strategi/
pendekatan mengajar agar siswa belajar aktiv / siswa belajar optimal.
Problem
solving merupakan satu diantara strategi-strategi mengajar yang memiliki kadar
keaktivan belajar siswa tinggi atau optimal. Thomas L Schroeder dan Frank
Lester. Jr ( 1994: hal 138), mengatakan bahwa strategi mengajar problem
solving, dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1. Strategi mengajar tentang Problem Solving
2. Strategi mengajar untuk Problem Solving.
3. Strategi mengajar melalui Problem Solving.
1. Strategi mengajar tentang Problem Solving
2. Strategi mengajar untuk Problem Solving.
3. Strategi mengajar melalui Problem Solving.
Dari tiga macam strategi mengajar problem solving tersebut
di atas, pada butir dua yaitu
tentang strategi mengajar untuk problem solving “, dijadikan sebagai fokus
penulisan makalah ini, dengan judul :” Suatu Tinjauan Strategi Mengajar Problem Solving Untuk
Matematika”.
B. Rumusan Masalah
Berdasar pada
judul makalah tersebut diatas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut,
yaitu :
1 Apa yang
dimaksud strategi mengajar problem solving?
2 Bagaimana
aplikasi Strategi Mengajar Problem Solving untuk Matematika ?
C. Pembahasan Masalah
1. Pengertian Strategi Mengajar Matematika
Untuk Problem
Solving
Perlu anda ketahui bahwa munculnya
strategi mengajar problem solving, diawali dari eksperimens oleh Kohler untuk
mengkaji kebenaran teori Gestalt. Teori Gestalt mengatakan
bahwa : “ Preceiver ( perasaan) membuat suatu yang unik pada proses precewing (saat
merasakan ) sesuatu yang memjadikan proses tersebut lebih berbobot dari sekedar
soal dari responnya. Ada kecenderungan alami pada preceiver untuk memlihat
sesuatu bentuk ber-dasarkan persepsi sendiri. Ada kecenderungan / semacam
tekanan untuk mencari bentuk keseluruhan ( Gestalt ) dalam lingkungan dan ini
diakibatkan oleh aturan-aturan persepsi khusus.
Walaupun perhatian psikholog Gestalt pada mulanya pada fenomena yang
dirasakan, pada akhirnya difokuskan pada masalah yang lebih umum, hakekat
berpikir dan pemecahan masalah. Persepsi kita tentang titik-titik itu
ditentukan oleh kecenderungan kita untuk memandang-nya seperti pengelompokan,
dan prinsip pengelompokan yang membuat keseluruhan persepsi lebih berbobot dari
sekedar masalah pada bagiannya.
Eksperimen oleh Kohler adalah menggunakan seekor simpanse yang
diletakkan di dalam sangkar. Pada posisi tengah bagian atas sangkar
digantungkan pisang-pisang untuk makanan Simpanse. Di sebelah tepi sangkar,
tersedia beberapa jenis kotak yang berlainan.
Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk meraih pisang-pisang yang
tergantung di bagian atas sangkar, tetapi usahanya tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, maka simpanse itu berhenti sejenak,
seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu
muncul sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia sebagai alat
bantu pijakan agar dapat meraih pisang itu.
Berdasarkan eksperimen tersebut, Kohler berpendapat bahwa apabila
organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidak
seimbangan kogntitif dan ia akan berusaha hingga masalahnya terpecahkan (Problem
Solving Solution).
Strategi mengajar matematika untuk problem solving, bertujuan membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir memecahkan masalah kehidupan sehari-hari menggunakan
pengetahuan matematika.
Strategi mengajar matematika untuk
problem solving, sesungguhnya ada dua
materi yang harus dikuasai oleh guru,
yaitu:
a.
Pengetahuan konsep strategi mengajar problem solving, dan
b. Mengajar
materi matematika untuk problem solving.
Polya adalah pakar pendidikan
mengatakan bahwa melalui strategi mengajar matematika untuk problem solving ( Suherman E, 2001 : 91), siswa akan
memperoleh empat tingkat / langkah
keterampilan atau kemampuan, yaitu:
a. Kemampuan Memahami masalah
b. Kemampuan Merencanakan Penyelesaian
c. Kemampuan Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
d. Kemampuan Memeriksa kembali terhadap
semua langkah yang telah dikerjakan
Di bawah ini
akan dibahas secara urut pengertian empat butir keterampilan / kemampuan yang
diperoleh siswa, menurut Polya malalui strategi mengajar untuk problem solving,
yaitu :
a. Kemampuan Memahami Masalah
Suatu pertanyaan /soal matematika yang
menjadi masalah bagi seseorang, belum tentu
menjadi masalah bagi orang lain. Suatu masalah akan menjadi masalah bagi
seseorang, jika orang tersebut belum menguasai hukum tertentu, yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berlaku sebaliknya, suatu
masalah bisa diselesaikan oleh sesorang, jika masalah itu sudah diketahui cara
penyelesaiannya. Dengan demikian suatu masalah adalah bersifat subyektif.
Dapat juga dikatakan bahwa seorang siswa
dapat menyelesaikan suatu masalah, jika siswa tersebut sudah menguasai konsep
prasyarat ( konsep yang telah dipelajari sebelumnya ), yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu masalah yang diberikan kepada siswa
hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesiapan berpikir siswa, sehingga masalah
itu dapat diselesaikanya menggunakan prosedur yang tepat.
Memahami masalah suatu soal / pertanyaan matematika yaitu
dapat membedakan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan oleh soal/
pertanyaan tersebut. Memahami apa yang diketahui oleh soal artinya dapat
mengubah bentuk kalimat biasa menjadi kalimat matematika. Jika sudah dapat
mengubah bentuk kalimat biasa ke bentuk kalimat matematikanuya, diharapkan
dapat merencanakan Penyelesaian masalah tersebut.
b. Kemampuan Merencanakan Penyelesaian
Berdasar
teori Getlath jika hati kita merasa sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang
dirasakan maka itu adalah suatu masalah. Dapat juga dikatakan bahwa seorang siswa dapat menyelesaikan suatu
masalah, jika siswa tersebut sudah menguasai konsep prasyarat ( kon-sep yang
telah dipelajari sebelumnya ), yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
c. Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Sesuai Rencana
Konsep, postulat, aksioma dan teorema harus dipelajari dan
dipahami terlebih dulu oleh siswa, agar siswa dapat menyelesaikan pertanyaan /
masalah yang diberikan oleh guru. Kemampuan siswa
memehami konsep, keterampilan siswa menggunakan postulat, aksioma dan teorema berpengaruh terhadap hasil penyelesaian masalah dan hasil
belajar siswa.
d. Kemampuan Memeriksa kembali terhadap
semua langkah yang telah dikerjakan
Untuk
mendapatkan nilai atau skor yang tinggi, perlu ada waktu untuk pengecekan
terhadap hasil akhir. Apakah langkah-langkah penyelesaian soal sudah sesuai
dengan aturan, hukum, formula, postulat, aksioma yang berlaku. Apakah hasil
akhir penyelesaiannya sudah tepat. Dengan memeriksa kembali semua langkah yang
telah dikerjakan, diharapkan akan meningkatkan ketelitian dan kevaliidan hasil
penyelesaian soal / masal;ah. Oleh sebab itu masalah yang diberikan kepada
siswa
2. Aplikasi Strategi Mengajar Matematika Untuk Problem Solving
Mengajar adalah kegiatan guru yang berorientasi pada tujuan,
terarah pada tujuan, dan bertujuan untuk mencapai hasil belajar.
Mengajar berorientasi pada tujuan dikandung maksud bahwa dalam rangka
guru melakukan KBM, maka guru berpedoman pada tujuan instruksional umum ( TIU)
yang telah ditentukan oleh Garis-garis Besar Program Pengajaran ( GBPP).
Terarah pada tujuan , dalam arti bahwa akan terjadi perubahan perilaku pada
siswa melalui kegiatan belajar mengajar tersebut.
Sedangkan mengajar untuk mencapai hasil belajar (siswa
memiliki kompe-tensi ) akan tercapai melalui strategi
mengajar. Setiap informasi yang diterima oleh pancaindrera
( mata, telinga,
atau indera lainnnya), selanjutnya ditransfer ke otak. Oleh otak informasi itu
diproses secara : “Asimilasi”, jika informasi itu sesuai dengan data yang
tersimpan dalam otak. Demikian pula diproses secara :” akomodasi”, jika
informasi yang masuk dalam otak merupakan merupakan data baru.
Dalam KBM ini, di titik beratkan pada
strategi mengajarkan materi matematika untuk problem solving kehidupan sehari-hari
manusia. Guru sebagai pihak yang paling berperan dalam pembelajaran,
perlu mengusai tidak hanya pemecahan masalah secara konseptual tetapi juga
secara praktiknya. Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini membutuhkan
kemampuan guru baik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran
pemecahan masalah.
Berbagai
masalah dapat muncul sebagai akibat oleh persepsi guru yang masih keliru
terhadap konsep strategi mengajar problem solving dan pembelajarannya sehingga
berimplikasi terhadap hasil belajar siswanya. Faktor lain adalah materi
pelajaran yang padat berdasarkan GBPP, sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan
strategi mengajar matematika untuk problem solving.
Pada hal
untuk menyampaikan materi matematika
menggunakan strategi
mengajar problem solving, membutuhkan waktu lebih banyak jika dibandingkan
dengan mengguna-kan strategi mengajar yang lain
dalam KBM. Ketersediaan media dan alat peraga sangat menunjang bagi
pembelajaran pemecahan masalah untuk menjembatani kemampuan pemecahan masalah
sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi dengan kemampuan berpikir siswa.
Polya ( Suherman E, 2001 : 91), mengatakan bahwa pemecahan
masalah soal mate-matika, melalui empat tahap yaitu :
a. Memahamai masalah
b. Merencanakan Penyelesaian
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
d. Memeriksa kembali terhadap semua
langkah yang telah dikerjakan
Contoh 1.
Seorang
penjahit mempunyai bahan 60 m kain woll dan 40 m kain katun . Ia akan membuat
setelan Jas dan Rok untuk di jual.
Untuk membuat 1 stel Jas diperlukan 3 m dari kain woll dan 1
m dari kain katun. Sedangkan untuk membuat 1 buah≤ rok diperlukan 2 m kain woll dan 2 m
kain katun.
Berapa stel Jas dan berapa buah Rok yang dapat di buat dari
bahan yang tersedia, sehingga mendapat keuntungan penjualan yang sebesar
besarnya? Bila harga 1 stel Jas = Rp. 20.000,00- dan 1 buah Rok = Rp.
10.000,00-
Perlu anda
ketahui bahwa strategi mengajar matematika untuk “ Problem Solving” pertama kali diketengahkan oleh Polya
adalah melalui empat tahapan yaitu :
a.
Memahami masalah
Seseorang
siswa dikatakan memahami masalah /soal matematika, jika siswa tersebut
dapat membedakan mana pernyataan soal / masalah matematika yang diketahui dan
mana soal / masalah dan yang ditanyakan oleh soal / masalah tersebut. Demikian pula siswa harus mampu mengubah
bentuk kalimat biasa menjadi fungsi matematika.
Diketahui :
Jas = x1 dan
Rok = x2 a11 = woll dan
a12 = katun
Harga 1 stel
Jas = C1 dan harga jual 1 buah Rok = C2
Harga 1 stel
Jas = C1 = Rp. 20.000,- dan harga jual 1 buah Rok = C2 =
Rp. 10.000,-
Ditanyakan : Z
maks =
c1 x1 + c 2
x2 + . . . . cn
xn
Z maks = c1x1 +
c 2 x2 + . . . . cn xn
b. Merencanakan Penyelesaian
Penyelesaian
masalah contoh soal
tersebut di atas, diselesaikan melalui pendekatan Aljabar ,
seperti tersebut di bawah ini.
Z maks = c1
x1 + c 2
x2 + . . . . cn
xn ( Fungsi tujuan )
a11 x1 + a12 x2 + . . .
+ a1n xn ≤ b1 ( Fungsi pembatas)
Jas = x1 dan
Rok = x2 a1 = woll = 3 m
dan a2 = katun = 2 m
Harga 1 stel Jas = C1 dan harga jual 1 buah Rok = C2
Z maks = c1
x1 + c 2
y + . . . . cn
xn ( Fungsi tujuan )
a11 x1 + a12 x2 + . . .
+ a1n xn ≤ b1 ( Fungsi pembatas )
1).
x1 ≥ 0
2). x2 ≥ 0
3). 3 x1
+ 2 x2 ≤
60 ( Fungsi Pembatas )
4).
x1 + 2 x2
≤ 40
( Fungsi Pembatas )
c. Menyelesaikan masalah sesuai
rencana
Z maks = c1 x1 +
c 2 x2 + . . . . cn xn
maka Z maks
= 20.000 x1 + 10.000 x2
a11 x1 + a12 x2 + . . .
+ a1n xn ≤ b1 maka 3 x1 + 2 x2
≤ 60
dan
3x1 + 2 x2
≤ 60
dan x1 + 2 x2
≤ 40
1. Untuk x1 = 0 dan
3 x1 + 2 x2 ≤
60 maka
2 x2 ≤
60 sehingga x2
=
30, Titik A ( 0,30 )
2. Untuk x2 = 0 dan 3 x1 + 2 x2 ≤ 60 maka 3 x1 ≤ 60 sehingga x1 = 20, Titik B Titik B ( 20,0)
3. Untuk x1 = 0 dan
x1 + 2 x2 ≤
40 maka
2 x2 ≤
40 sehingga x2 = 20,
Titik C ( 0,20 )
4. Untuk x2 = 0 dan
x1 + 2 x2 ≤
40 maka
x1
≤ 40
sehingga x1
= 40 ,
Titik D ( 40,0 )
5. Titik potong garis 3 x1 + 2 x2
≤ 60
dengan garis :
x1 + 2 x2
≤ 40
-
2x1 = 20
2x1 = 20 maka
x1 = 10
3 x1 + 2 x2
= 60
3 ( 10 ) + 2 x2 =
60 sehingga 30 + 2 x2 =
60 diperoleh 2x2 = 60 – 30
2x2 = 30, jadi x2 = 15
Diperoleh titik ptong
misal titik potong tersebut yaitu Ttitk E ( 10, 15)
Ada lima kemungkinan titik yang dapat
di pilih :
Z
maks = 20.000 x1 + 10.000 x2
1). Titik P ( 0,0) maka nialai Z
= 20.000 ( 0) + 10.000 ( 0)
sehingga Z = 0
2). Titik A (0, 30) maka nilai Z =
20.000 ( 0 ) + 10.000 ( 30)
sehingga Z = 300.000,-
3). Titik B ( 20, 0) maka nilai Z =
20.000 ( 20) + 10.000 ( 0) sehingga Z =
400.000,-
4). Titik C ( 0, 20) maka nilai Z =
20.000 ( 0) + 10.000 ( 20) sehingga Z =
200.000,-
5). Titik D ( 40,0 ) maka
nilai Z = 20.000 ( 40) + 10.000 ( 0)
sehingga Z = 800.000,-
Z = 800.000,- adalah ( bukan Hasil Penyelesaian).
6) Titik E ( 10, 15) maka nilai Z = 20.000 ( 10 ) + 10.000
( 15 ), sehinga
nilai Z = 200.000 + 150.000
Z = 350.000,-
Jadi hasil penjualan Jas dan Rok
dengan bahan yang tersedia diperoleh keuntungan terbesar pada saat nilai Z
maksimal yaitu Rp. 400.000,-
d. Memeriksa kembali terhadap semua tahapan yang telah dikerjakan
Setelah setiap tahap pemecahan
masalah dari Polya terlaksana, maka sampailah pada tahap ke yaitu, tahap ke- d , yaitu memeriksa
kembali setiap langkah yang telah dilaksanakan. Apakah hasil yang diperoleh
sesuai deng yang direncanakan.
Contoh. 2. Seorang laki-laki merokok tidak lebih dari
15 batang rokok kretek dan rokok putih
sehari. Sebatang rokok putih habis dihisap dalam waktu 5 menit. Ia membatasi
dirinya untuk merokok tidak lebih dari 1 jam 50 menit perharinya. Jika harga 1
batang rokok kretek Rp. 1000,00- dan harga 1 batang rokok putih Rp.
800,00- Carilah biaya terbesar untuk
merokok perhari dan berapa batang rokok dihabiskan?
Perlu anda
ingat bahwa strategi mengajar matematika
untuk Problem Solving berdasarkan tahapan oleh Polya adalah melalui empat
langkah yaitu :
a.
Memahami masalah
Seseorang
siswa dikatakan memahami masalah /soal matematika, jika siswa tersebut
dapat membedakan mana pernyataan soal / masalah matematika yang diketahui dan
mana soal / masalah dan yang ditanyakan oleh soal / masalah tersebut. Demikian pula siswa harus mampu mengubah
bentuk kalimat biasa menjadi fungsi matematika.
Diketahui : Rokok kretek = x
dan rokok putih = y . Harga 1 batang rokok kretek = Rp. 1000,00- dan harga 1 batang rokok putih = Rp. 800,00,- 1 batang rokok putih habis dihisap dalam waktu
5 menit, 15 batang membutuhkan waktu 1 jam 50 menit.
b. Merencanakan Penyelesaian
Harga 1
batang rokok kretek = Rp. 1000,00- dan harga 1 batang rokok putih = Rp. 800,00,- sehingga diperoheh,
Z maks : 1000 x + 800 y ( Fungsi Tujuan)
............1).
membutuhkan
waktu 1 jam 50 menit, membatasi
dirinya untuk merokok tidak lebih 15 batang ( rokok kretek dan
rokok putih), sehingga :
x + y ≤ 15 (
Fungsi Pembatas) .........2).
c. Menyelesaikan masalah sesuai
rencana
x + y ≤ 15, Misal :
Dalam waktu 1 jam 50 menit,
dapat menghisap 5 batang rokok kretek dan 10 batang rokok putih, bentuk kalimat
matematikanya adalah merupakan bentuk ketidak samaan linear. Selanjutnya untuk mencari nilai x dan y, solusinya dalam bentuk persamaan linear, adalah sebagai
berikut.
5 x +
10 y = 15- u
Misal selama : 1 jam
50 menit, menghisap rokok sebanyak 5 batang rokok kretek dan 10 batang
rokok putih, maka kalimat matematikanya adalah :
5 x + 10 y = 15
(5. Rp.
1000,- ) + ( 10 . Rp. 800,- ) = Rp 5000 + Rp. 8000, =
Rp. 13000.00,-
Misal selama
1 jam 50 menit , menghisap rokok 4 batang rokok kretek dan 11 batang rokok
putih :
4 x + 11 y =
15
( 4. Rp.
1000,-) + ( 11 . Rp. 800,)= Rp 4000 + Rp. 8800, = Rp. 12800,-
Misal selama
1 jam 50 menit menghisap rokok, 6 batang
rokok kretek dan 9 batang rokok putih :
6 x + 9 y =
15
( 6 . Rp 1000 ) + ( 9. Rp. 800,00 ) = Rp. 6000, +
Rp. 7200, = Rp 13.200,-
Misal selama
1 jam 50 menit, menghisap rokok ;
14 batang
rokok kretek dan 1 batang rokok putih
14 x + y =
15 batang rokok
14 . Rp.
1000, + 1. Rp. 800,- = Rp. 14000, + Rp. 800,- = Rp. 14800,-
Misal :
dalam waktu 1 jam 50 menit menghisap rokok, 15 batang rokok kretek dan 0 batang rokok
putih, sehingga :
15 x = 15 batang
15. Rp.
1000,- = Rp.15000,-
Jadi harga
maksimal 15 batang rokok kretek dan rokok putih adalah Rp. 14.800,
d. Memeriksa kembali terhadap semua tahapan yang telah dikerjakan
Setelah setiap tahap pemecahan
masalah dari Polya terlaksana, maka sampailah pada tahap ke yaitu, tahap ke- d , yaitu memeriksa
kembali setiap langkah yang telah dilaksanakan. Apakah hasil yang diperoleh
sesuai deng yang direncanakan.
D.
Kesimpulan
Berdasar pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Strategi mengajar matematika untuk
problem solving dikandung maksud bahwa matematika dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah kehidupan masyarakat sehari-hari.
2. Polya adalah pakar matematika yang
pertama kali mengatakan bahwa matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah kehidupan sehari-hari ( Suherman
E, 2001 : 91), dengan tahapan sebagai berikut.
a. Kemampuan Memahami masalah
b. Kemampuan Merencanakan Penyelesaian
c. Kemampuan Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
d. Kemampuan Memeriksa kembali terhadap
semua langkah yang telah dikerjakan
E.
Sumber Pustaka
Albert B. Bennett Yr, 2004. Mathematics For Elementary
Teachers A Conceptual Approach.
Boston : University of New Hampshire.
Kusrini, dkk, 2015. Strategi Pembelajaran matematika.
Jakarta: Penerbit Universitas terbuka.
Lauren B. Resnick, 1981. The Psychology of Matematics For
Instruction. Pittsburgh : Lawrence
Erlbaum Associates Pi Hillsdale, New Jersey.
Leonard M Kennedy, 1994. Guiding Childdren Learning of
Mathematics. California : Printed The
International Thomson Publishing.
Marwan Asri,
1984. Linear Programing. Yogyakarta: BPFE.