Senin, 15 Januari 2018

Tinjauan Solusi Persamaan Linear Menggunakan Kongruensi
Saryanto – UPBJJ UT Purwokerto
15 Januari 2018
I.      Pendahuluan
          Dalam permukaan jam terdapat lambang bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Jika waktu yang ditunjukkan pada permukaan jam adalah tepat pukul 05.00 sore , maka pengertian yang sama dengan pukul tersebut adalah pukul 17.00.  Jika yang ditunjukkan pada permukaan jam adalah tepat pukul 06.00 sore, 07.00 sore, 08.00 sore dan 09.00 sore, maka pengertian yang sama adalah pukul 18.00, 19.00, 20.00, 21.00. 
          Untuk masing-masing waktu yang disebutkan di atas, kami kelompokan menjadi elemen-elemen dua himpunan A dan B, seperti tersebut di bawah ini.
A = { pukul 17.00 WIB, 18.00 WIB, 19.00 WIB, 20.00 WIB, 21.00 WIB}.
B = {pukul  05.00 sore, 06.00 sore, 07.00 sore, 08.00 sore, 09.00 sore }  
          Antara elemen himpunan A dengan elemen himpunan B terdapat suatu hubungan atau relasi pengertian yang sama. Pukul 17.00 WIB mempunyai pengertian yang sama dengan pukul 05.00 sore, pukul 18.00 WIB mempunyai pengertian yang sama dengan pukul 06.00 sore, pukul 19.00 WIB mem-punyai pengertian yang sama dengan pukul 07.00 sore, pukul 20.00 WIB mempunyai pengertian yang sama dengan pukul 08.00 sore, dan pukul 21.00 WIB, mempunyai pengertian yang sama de-ngan pukul 09.00 sore.
          Selanjutnya pengertian waktu yang sama antara elemen-elemen himpunan A yang dipasangkan dengan elemen-elemen himpunan  B, dinamakan relasi. Secara matematika relasi antara elemen-elemen himpunan A dengan elemen-elemen himpunan B, dapat ditunjukkan menggunakan : 1. Gambar diagram panah, 2. Gambar diagram Cartecius, dan 3. Pasangan berurutan.  
          Relasi elemen himpunan A yaitu pukul 17.00 WIB dengan elemen himpunan B yaitu pukul 05.00 sore, secara matematika dapat juga dinotasikan sebagai : “ 17y = 12x + 5”. Kalimat matematika 17y = 12x +5, dikatakan sebagai : “ Persamaan liear dengan dua variabel x dan y “, dan secara umum ditulis : “ ax + by + c = o”.
          Persamaan linear dua variabel x dan y, sebagai fokus makalah ini, dengan judul : “  Tinjauan Solusi Persamaan Linear Menggunakan Kongruensi “.
                                                                                                                                                      
II.    Rumusan Masalah
          Berdasar pada judul makalah di atas, maka disusunlah rumusan masalah seperti tersebut di bawah ini.
A. Apa yang dimaksud dengan relasi dua himpunan?
B. Apakakah kaitan  Relasi dengan Kongruensi?
C. Bagaimana Solusi Permaan Linear Menggunakan Kongruensi ?
III. Pembahasan
A.   Pengertian Relasi Dua Himpunan 
1.    Relasi Menggunakan Gambar Diagram Panah
          Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan atau perkawanan atau korespondensi dari elemen-elemen himpunan A ke elemen-elemen himpunan B. Jadi Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan elemen himpunan ke himpunan lain.        

          Untuk lebih memahami pengertian relasi, perhatikan contoh relasi yang ditunjukan oleh gambar diagram panah tersebut di bawah ini.  








      


Gb. 1
          Pada gambar diagram panah (1) tersebut di atas, bahwa setiap elemen himpunan A dipasangkan (relasi) tepat satu dan hanya satu elemen himpunan B, disebut fungsi atau pemetaan.                                                                                                                              
          Pada gambar panah (2) tersebut di atas, bahwa terdapat relasi setiap elemen himpunan A dipasangkan dengan lebih dari satu elemen himpunan B. Relasi yang ditunjukkan pada gambar (2) adalah bukan merupakan fungsi.
          Pada gambar diagram panah (3) yang memiliki ciri-ciri setiap elemen himpunan A dipasangkan dengan elemen himpunan B tepat satu elemen himpunan B. Relasi pada diagram panah gambar (3 disebut fungsi atau pemetaan.
          Pada gambar diagram panah (4) memiliki ciri setiap elemen himpunan A dipasangkan ( relasi) dengan tepat satu dan hanya satu elemen himpunan B disebut fungsi atau pemetaan.
          Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi, dilambangkan dengan :f: A-->B.
          Perlu anda ketahui bahwa relasi ( hubungan) atau pemasangan selain dapat ditunjukkan dengen diagram anak panah, dapat juga ditunjukkan menggunakan diagram Cartesius.
1.    Relasi Menggunakan Gambar Diagram Cartesius
          Relasi yang terjadi antara elemen himpunan A = { Kereta Api, Bus, Sepeda, Kapal, Pesawat } dan B = { Darat, Laut, Udara}. Antara elemen-elemen himpunan A dan B terdapat relasi “ jenis perhubungan “  Relasi tersebut dapat digambarkan dengan diagram Cartisius.
Contoh:  Dengan Diagram Cartesius




                                                                     Gb. 2
          Berdasarkan pada diagram Cartesius diatas, maka terdapat relasi lalu lintas perhubungan  seperti tersebut di bawah ini.
Kereta Api R Darat
Bus R Darat
Speda R Darat
Kapal R Laut
Pesawat R Udara
1.    Relasi Menggunakan Himpunan Pasangan Berurutan         
          Relasi (hubungan) dapat terjadi antara anggota dari dua himpunan. Misalnya, A = { pukul 17, pukul 18, pukul 19, pukul 20, pukul 21} dan B = {pukul 5 Sore ,pukul 6,pukul sore, pukul 7 sore ,pukul 8 sore, pukul 9 sore}. Antara anggota himpunan A dan B terdapat relasi “pengertian waktu yang sama”. Relasi tersebut dapat ditunjukkan dengan gambar diagram panah, seperti tersebut di bawah ini. λ
                     A                               B                                                          
                  17 WIB   ------------     pukul 5 sore

                  18 WIB    -----------     pukul 6 sore
                  19 WIB    -----------     pukul 7 sore
                  20 WIB    -----------      pukul 8 sore
                  21 WIB    -----------      pukul 9 sore

                
          Jika relasi antara elemen-elemen himpunan A dan B tersebut di atas, dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurutan, maka penulisannya adalah seperti tersebut di bawah ini.
ARB:{(pukul17WIB,pukul 5Sore), (pukul 18WIB,pukul 6sore), (pukul 19WIB,pukul 7Sore), (pukul 20WIB, pukul 8Sore), pukul (21WIB,pukul 9Sore)}
          Berdasar pada contoh penulisan himpunan sebagi pasangan berurutan antara himpunan A dan B di atas, bahwa relasi : “ pengertian waktu yang sama” pukul 17 WIB adalah pukul 5 sore, atau dapat dikatakan bahwa pukul 17.00 WIB adalah kongruen dengan pukul 5.00 sore.                                                                                                                              
A.   Kaitan Relasi Dengan Kongruensi   
1.    Jenis Relasi  
          Relasi antara satu anggota himpunan A yaitu pukul 17.00 WIB dan satu anggota himpunan B pukul 5.00 sore, secara matematika dapat diniotasikan sebagai :  “17y = 12x + 5” . Kalimat matematika : “17y = 12x + 5”, adalah merupakan persamaan linear dua variabel x dan y. Secara umum persamaan linear dua variabel x dan y dinotasikan dengan simbol : “ ax + by + c = o”  
          Perlu anda ketahui bahwa kalimat matematika : “17y = 12x + 5” , jika dinotasikan dalam bentuk kongruensi adalah sebagai :  “17 ≡ 5 ( mod 12 )”.
          Kongruensi merupakan relasi Eqivalensi. R adalah suatu relasi eqivalensi, jika dan hanya jika  merupakan relasi reflektif, relasi simetrik dan relasi transitif.
a.    Relasi reflektif, jika dan hanya jika  aRa untuk setiap a ε A , jika a ≡ a ( mod m)
      Contoh:  12 ≡ 12 ( mod 12)
                       12│ ( 12 – 12 )    . . . . definisi 1
                       12│0  artinya 0 habis dibagi 12 dan hasil penyelesainya = 0.
b.    Relasi Simetrik , jika dan hanya jika untuk setiap  a,b ε A, aRb membawakan  bRa;  Untuk setiap (a,b) ε R → ( b,a) ε R.
Contoh :  17 ≡ 5 ( mod 12 ), karena  12 │ ( 17 – 5 ) *).  . . . . definisi 1
                  5 ≡ 17 ( mod 12 ), karena  12 │ ( 5 – 17 )**)  . . .  definisi 1
Jadi 17 ≡ 5 ( mod 12 )*) membawakan 5 ≡ 17 ( mod 12 )**)
c.     Relasi transitif, jika dan hanya jika untuk setiap a,b,c ε A , (a,b) ε R ᴧ (b,c) ε R →  (a,c) ε R                                                                                                                                                       
Contoh :   17 ≡ 5 ( mod 12 ) ᴧ 18 ≡ 6 ( mod 12 ) membawakan 12 │( 17 – 5 )   + ( 18 – 6 ) atau
                   12 │ 35 – 11)  . . . defini 1
                   Jadi 35 ≡ 11 ( mod 12)  atau  11 ≡ 35 ( mod 12).        
B.    Solusi Persamaan Linear Menggunakan Kongruensi         
          Agar dapat mencari hasil penyelesaian (solusi ) persamaan linear menggunakan model kongruensi memerlukan aturan-aturan yang digunakannya, yaitu : definisi, sifat –sifat atau dalil, teorema-teorema antara lain seperti tersebut di bawah ini.
Definisi 1
          Apabila  a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, dan m suatu bilangan asli, maka a kongruen b modulo m, dinotasikan sebagai :
a ≡ b ( mod m ) jika dan hanya jika  m │(a – b ).  
Teorema 1
Apabila x0, y0 adalah penyelesaian dari persamaan ax + by = c , maka  x0  + bt dan y0 – at, t bilangan bulat, adalah juga penyelesaian dari persamaan ax + by = c
Bukti :
Karena x0, y y0  adalah penyelesaian dari persamaan ax + by = c, maka ax0 + by0 = c
a(x0 + bt) + b( y0 –at)= c
ax0 + abt + by0 –bat = c
 ax0 + bat + by0 –bat = c
ax0 + by0 + bat – bat = c
ax0 + by0 + 0 = c
Jadi ax0 + by0 = c ( terbukti)
Teorema 2
Apabila (a,b) ł c, maka ax + by = c tidak mempunyai penyelesaian , dan apabila (a,b)│c, maka             ax + by = c mempunyai penyelesaian.
Bukti :
Misal terdapat bilangan bulat x0, dan y0  sedemikian sehingga ax0 + by0 = c. Karena (a,b)│ax0 dan (a,b)│by0, maka (a,b)│c. Sebaliknya (a,b)│c maka terdapat bilangan bulat m sehingga c = m(a,b). Dengan demikian pula untuk bilangan bulat m, maka terdapat bilangan bulat r dan s , sedemikian sehingga ar + bs = (a,b)
Maka a(rm) + b(sm) = m(a,b)= c dan x = rm dan y = sm adalah penyelesaian persamaan ax + by = c.                                                                                                                 
Definisi 2
Himpunan bilangan-bilangan bulat r1, r2, . . . . . , rn , sedemikian sehingga setiap bilangan bulat nm kongruen dengan satu dan hanya satu r1, r2, . . . . . , rn,, dinamakan sistem residu lengkap modulo n.                                                                                                                                                                
Contoh 1. Himpunan A= { 0, 1, 3, 4 }
25 ≡ 0 ( mod 5) ; 
26 ≡ 1 ( mod 5)  ;  
27 ≡ 2 ( mod 5 ) ;
28 ≡ 3 ( mod 5 ) ;
 29 ≡ 4 ( mod 5)
Contoh 2. Himpunan B =  { -2, -1, 0, 1, 2 }
3 ≡ - 2 ( mod 5) ; 
4 ≡ - 1 ( mod 5) ;
0 ≡ 0 ( mod 5 ) ;
 1 ≡ 1 ( mod 5 ) ;
 2 ≡ 2 ( mod 5 )
Contoh 3. Himpunan C = { -30, - 29, -28, - 27 , - 26 }
5 ≡ -30  ( mod 5) ;
6 ≡ -29   ( mod 5) ;
7 ≡ - 28 ( mod 5 ) ;
8 ≡ - 27 ( mod 5 ) ;
9 ≡ - 26 ( mode 5 )   
          Untuk mencari hasil penyelesaian (solusi) persamaan linear dua variabel x dan y menggunakan model konggruiensi, perhatikan contoh tersebut di bawah ini.
Contoh 1. Carilah solusi dari 5x + 6y = 17 *)
Jawab :  6y ≡ 17 (mod 5 )
 5 = 5.1 dan 6 = 6.1, Jadi FPB bilangan 6 dan 5 adalah 1 dan dinotasika (5,6) = 1  
 (5,6) =1 ( FPB 5 dan 6 adalah satu), dan
 1│ 17 ( satu pembagi tujuh belas), maka persamaan linear : 5x + 6y = 17 mempunyai satu dan hanya satu penyelesaian . . . . .  ( teorema 2)
 6y ≡ 17 (mod 5 )
 6y ≡ 12 (mod 5 )
 y ≡ 2 (mod 5 )
 y =( 2 – 5t ). . . .  ( teorema 1)     
  Substitusika ke persamaan *)
  5x + 6y = 17
  5x + 6 ( 2 – 5t) = 17                                                                                                                                  5x + 12 – 10t = 17                                                                                                                               
     5x – 10t = 5                                                                                                                             
     5x = 5 + 10t                   
     5x = 5( 1 + 2t )                                                                                                                                     
       X = ( 1 + 2t)  . . . . .  ( teorema 1).
        Untuk t = 0 maka x = 1  dan y = 2                                                                                                                       
Contoh 2. Cari solusi dari persamaan linear : 3x + 6y = 15  *)
Jawab :  6y ≡ 15 (mod 3)
                   3 = 3.1
                   6 = 3.2
                   Jadi FPB bilangan 3 dan 6 adalah 3  atau  ( 3,6 ) = 3   
                   3 │ 15  ( di baca 3 pembagi 15 ) maka persamaan 3x + 6y = 15 mempunyai tiga
    penyelesaian  ....  (teorema 2) 
    6y ≡ 15 (mod 3)
    2y ≡  5 (mod 3)
    2y≡  8 ( mod 3)
      y ≡  4 ( mod 3)
      y = 4 - 3t . . . . . ( teorema 1)
      Substitusikan y = ( 4 - 3t ) ke persamaan 3x + 6y = 15*)
     3x + 6(4 - 3t) = 15
      3x + 24 - 18t = 15
       3x + 9 - 18t = 0
        3x - 9 ( 1 + 2t ) = 0
         3x  =  9( 1 + 2t )
            x =  3( 1 +2 t )  . . . . ( teorema 1)                    
Untuk t = 0  :  maka  x = 3 dan y = -4  
Contoh 3. Cari solusi dari persamaan linear : 6x + 33 y = 15 
Jawab :
 ( 6,33) = 3 ( FPB bilangan 6 dan 33 adalah 3)
  3 │ 15  ( 3 pembagi 15) maka persamaan 6x + 33 y = 15  mempunyai tiga penyelesaian.
6x ≡ 15 (mod 33)
2x ≡ 5 (mod 11)
2x ≡ 16 (mod 11)
 x ≡ 8 (mod 11)
Jadi x = (8 + 11 t) 
Substitusikan x = (8 + 11 t) ke persamaan 6x + 33 y = 15 
6(8 + 11 t) + 33 y = 15
 48 + 66t + 33y = 15
33y = 15 – 48 – 66t
33y = - 33 – 66t
33y  = - 33( 1 + 2 t )
    Y = - 33( 1 + 2 t ) / 33   
    Y = - 1( 1+ 2t)
    Jadi solusi dari 6x + 33 y = 15  adalah x = (8 + 11 t)  dan y = - 1( 1+ 2t)
    Untuk t = 0 maka  x = 8   dan y = - 1
    Untuk t = 1 maka x = 19 dan y = - 3
                                                                                                                                                     
C.    Kesimpulan    
          Dari pembahasan konggruensi di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.    Relasi ( hubungan) elemen-elemen dua himpunan dapat ditunjukkan melalui tiga cara yaitu gambar diagram panah, gambar Diagram Cartesius, dan himpunan pasangan terurut.
2.    Relasi yang bersifat reflektif,  transitif, dan simetrik disebut kongruensi
3.    Konggruensi dapat digunakan untuk solusi persamaan linear ax + by +c =0.                                                                                                                                                                                                                                                              
D.   Daftar Pustaka

Bachtiar Sjarif, 1990. Pengantar Dasar Matematika ( Himpunan dan Logika ). Bandung ;
                    Badan Penerbit FMIPA ITB.
Gatot Muhsetyo , 2003. Dasar Dasar Teori Bilangan. Malang: Badan Penerbit FP MIPA 
                Universitas Negeri Malang

Muchtar G, 1992. Pengantar Teori Bilangan. Padang : Badan Penerbit FP MIPA IKIP     
                    Negeri Padang.

Muchtar G, 1988. Ilmu  Bilangan. Padang : Badan Penerbit FP MIPA IKIP Negeri Padang.

Pantur Silaban, 1992. Teori Himpunan. Jakarta: Penerbit Erlangga
.  
Sartono Wirodikomo, 1995. Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga..


 .