Minggu, 05 Januari 2014

Makalah
SUATU TINJAUAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL MENGHITUNG URUTAN MUNDUR (INVERS) SUATU BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD





Oleh :
Drs. Saryanto, M.Pd
StafEdukatif FKIP UT UPBJJ Purwokerto





Telahdiseminarkanpada Seminar Nasional
Tanggal 10 September 2007 di UPBJJ-UT Surakarta





PANITIA SEMINAR NASIONAL
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
SURAKARTA
2007

Suatu Tinjauan Strategi Pemecahan Masalah Model Menghitung Urutan Mundur (Invers) Suatu Bilangan Dalam Pembelajaran Matematika SD
Saryanto
FIKP – UT UPBJJ PURWOKERTO

Abstrak :  Depdiknas  mempunyai  visi  semua  warga Indonesia berkembang  menjadi  manusia yang berkualitas  sehingga  mampu  dan  proaktif  menjawab  tantangan  Zaman yang selalu  berubah.
Upaya yang dilakukan  pemerintah/Depdiknas  member  otonomi  pendidikan  kepada  se-tiap  lembaga  pendidikan  untuk  membuat  kurikulum  sendiri (kurikulum  berbasis  kompe-tensi), menyiapkan  tenaga  edukatifnya (guru) mulai  dari lembaga pendidikan prasekolah, lembaga  pendidikandasar, lembaga  pendidikan  menengah, lembaga pendidikan tinggi (guru  berkualifikasi  Sarjanaatau Diploma empat).
Mempersiapkan  tenaga  pendidik yang professional  (guru yang mampu memilih metode mengajar  dan terampil menggunakan  strategI pembelajaran efektif sehingga dapat men-cetak insan yang berkualitas). Satudiantaraketerampilan guru untuk mengajarkan  mata-pelajaranmatematikaadalahterampilmenggunakanstrategipemecahanmasalah model pem- belajaran menghitung  urutan  mundur”. Kennedy and TIPPS (1994:hal 155), menjelaskan bahwa Strategi Pemecahan Masalah model pembelajaran : “ Menghitung urutan mundur, dibagi dalam 4 faseyitu : (1). Pendahuluan (2), Penciptaan dan Pengembangan model, (3) Penjelasandan alas an, (4) Penutup/ penerapan.

Kata kunci    :
Input         : 1). Setiaplembagadiberiotonomimembuatkurikulumsendiri, 2). Guru
berkualifikasiSarjanaatau Diploma empat, dan professional dalam me-
laksanakantugasnya.   
Output        : Siswa( insan ) yang berkualitas mulaI jenjang ( 1). Pendidikan TK, 2). SD,
                             3). SMTP,  4). SMTA, dan 5.Pendidikantinggi.

I.Pendahuluan
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar
 manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan ataucara lain
 yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan  selalu  mengabdi  pada  nilai-nilai luhur
  manusia dan  kemanusiaan. Sejakbangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan, pem-bangunan
 pendidikan nasional mulai tahun 1945 sampai  dengan  tahun 1960 an menekankan aspek politik
 dan  pembentukan kharakter berbangsa serta nasionalisme.
          Sedangkan pada tiga dekade terakhir, pembangunan pendidikan nasional menitik beratkan
pembangunan ekonomi dan stabilitas politik dengan pendekatan keamanan, yang berakibat
                                                                                      1                                                                           
                                                                                                                                                                                2
peningkatan kualitas manusia Indonesia menurun dan rentan terhadap krisis multi dimensi seperti
krisis politik, hukum, ekonomi, moral, social dan budaya.                                                                                                                                                                          
Upaya pembaharuan, pengembangan dan pemberdayaan sistem pendidikan nasional harus segera
dilakukan agar krisis multi dimensi tidak berlangsung lama.
          Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, dipakai sebagai pedoman penyeleng-
garaan pembaharuan dan pemberdayaan sistem pendidikan nasional.Undang-undang tersebut
mempunyai visi, misi, dan tujuan serta strategi pembangunan pendidikan nasional yang bermutu
relevan dengan kebutuhan masyarakat serta berbudaya saing dengan kehidupan  global.
          Selanjutnya undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang system Pendidikan Nasional,
Depdiknas menyatakan misi antara lain berbunyi sebagai berikut : “ Meningkatkan profesional
danakuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu penge-tahuan,
 keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
Dengan  perkataan lain setiap  upaya  pembaharuan, pengembangan  dan  pemberdayaan system  
pendidikan  nasional  perlu  mempertimbangkan  aspek input dan  outputnya. Yang merupakan input
untuk  pembangunan  pendidikan  antara  lain :1). Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK), 2). Guru
professional.Sedangkan  out  put  pembangunan  pendidikan : “ lulusan  siswa ( insan) setiap  jenjang
 pendidikan  berkualitas.
Lebihlanjut UURI 1945 dalam  pasal 28C menyatakan  bahwa  setiap  warga Negara Indonesia berhak
 mengembangkan  diri  melalui  pemenuhan  kebutuhan  dasarnya, berhak  mendapat  pendidikan 
dan  memperoleh  manfaat  dari  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi, seni  dan  budaya demi
 meningkatkan  kualitas  hidupnya  dan demi kesejahteraan  umat  manusia.
Berdasar  pada  uraian diatas  dapat  disimpulkan  bahwa pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitasmanusia
Indonesia yang beriman,bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasa iilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab
berdasarkanPancasiladanUndang-undangDasarRepublik Indonesia tahun 1945. Agar pembangunan 
                                                                                                                                                                               3
nasional  dalam  bidang  pendidikan  dapat berjalan lancar maka diperlukan  guru  yang  profeional.
Dengandemikian guru sebagai pelaku pendidikan secara langsung berhadapan dengan siswa perlu
mengerti tentang hakekat anak didiknya, perlu professional dalam melaksanakan kegiatan
belajarmengajar (KBM). Guru sebagaipelakupendidikan yang secara langsung berhadapan
dengansiswa, wajib memiliki wawasan ilmu  pengetahuan  standar  nasional  dan global yaitu 
seorang guru  wajib  memiliki  kualifikasi  pendidikan  tinggi program S1 atau program Diploma
empat (Undang-undang RI No. 14 taun 2003, tentang guru).
Guru sebagaipelakupendidikan yang secara langsung berhadapan dengan siswa dalam melak-
sanakan KBM diperlukan tenaga pendidik atau guru yang professional  yaitu guru terampi
lmenggunakan teknik atau metode mengajar yang dapat mengkondisikan suasana KBM yang
memotivasi siswa untuk aktif belajar.
Mengajar dapat dipandang sebagai upaya guru membantu siswa belajar.MenurutGage(1984) belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dengan perkataan lain jika siswa masih kurang pengalamannya atau kurang                                                                                                                                               
pengetahu annya akan timbul masalah kesulitan belajar siswa. Lebih lanjut Sukirman( 1997:10.5)
mengatakan bahwa masalah belajar matematika dapat diklasifikasikan menjadi  dua jenis yaitu : 1).
 Masalah penemuan dan 2). Masalah pembuktian.
Masalah belajar matematika yang pertama yaitu masalah penemuan dimaksudkan sebagai su-
atusolusi ( penyelesaian) masalah yang bertujuan untuk menemukan suatu obyek yang tidak
diketahui yang memenuhi kondisi masalah tersebut. Judul makalah dalam seminar nasional ini,
terkait dengan masalah penemuan dalam belajar matematika yaitu : “ Suatu Tinjauan Strategi
Pemecahan Masa-lah Model Menghitung Urutan Mundur (Invers) Suatu Bilangan Dalam
Pembelajaran Matematika SD”.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Strategi Pembelajaran Menghitung Urutan Mundur( Invers) Suatu Bilangan
dalam pembelajaran Matematika ?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran menghitung urutan mundur ( invers)
                                                                                                                                                                                 4
suatu bilangan dalam pembelajaran matematika di SD ?
III. Pembahasan Pengertian Strategi Pembelajaran Menghitung Urutan Mundur ( Invers) Suatu Bi-
langan  dalam Pembelajaran Matematika SD
          Yuwono ( 2001: 4) mengatakan bahwa  masih banyak guru mengajar hanya menyampaikan apa
yang ada di buku paket atau buku penunjang lainnya dan kurang mengakomodasikan berpikir siswa,
 Hal ini sejalan dengan temuan Soedjadi  ( 1991:1), bahwa pembelajaran matematika di sekolah
terbi-asa dengan urutan sajian sebagai berikut.
1. Diajarkan teori / definisi / teorema
2. Diberikan cntoh
3. Diberikan latihan
          Lebih lanjut Hudoyo ( 1983: 54) mengemukakan bahwa banyak tamatan siswa SD tidak
terampil dalam soal hitung menghitung sekalipun sederhana.  Padahal operasi hitung campuran
sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
          Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak guru-guru yang dalam
melaksanakan KBM hanya menyampaikan apa yang ada di buku paket atau buku penunjang lainnya
dan kurang mengakomodasikan berpikir siswa dengan berpikir siswa dengan masalah-masalah kehidupan sehari-hari  siswa.terutama yang berkaitan dengan masalah matematika.
          Kennedy ( 1994:139), berpendapat bahwa suatu yang harus dikerjakan ketika permasyalahan
dihadapi adalah menyeleksi dan menerapkan strategi yang tepat untuk memecahkannya.
Suherman E ( 2001:83) menulis hasil temuan-temuan penelitian tentang keunggulan strategi atau
pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peneliti-peleiti  antara lain seperti tersebut di
bawah ini.
                            1). Capper ( 1994: 139) dan Bitter (1987) menunjukkan bahwa pengajaran matema-
                               tika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam, dan memperluas
                               kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Banyak peneliti
                                  mengajukan pertanyaan bagaimana  mengorganisasikan informasi dalam memo-   
                                  ri agar diperoleh hasil yang terbaik yang dapat digunakan dalam pemecahan ma
                               salah. Hasilpenelitian Caper (1984), menunjukkan bahwa pengalaman siswa
                               sebelumnya, perkembangan  kognitif, minat (ketertarikannya ) terhadap ke-
                               berhasilan dalam pemecahan masalah.
                             2). The National Assesment of educational Progres ( NAEP) (dalam kouba et.al.
                                                                                                                                                   5
                                  1988), menunjukkan bahwa siswa kelas tiga SD memperoleh prestasi  baik da-
                                  Lam soal setting yang dikenal siswa. Sekitar 90 % siswa berhasildengan baik 
                                  menyelesaikan soal  pemecahan masalah yang memuat penjumlahan bilangan   
                                  bulat dengan satu langkah penyelesaian  dan 70 % dari mereka berhasil  dengan 
                                  baik menyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat pengurangan dengan
                                  satu langakah penyelesaian. Dalam soal pemecahan masalah dengan dua langkah
                                  penyelesaian , prestasi mereka kurang begitu baik. Sekitar 30 % siswa kelas tiga
                                  SD berhasil dengan baik menyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat
                                  Penjumlahan / pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, sedangkan 77 %
                                  siswa  kelas tujuh dapat menyelesaikan dengan baik soal yang sama. Tingkat ke-
                                  berhasilan siswa dalam dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah menu-
                                  run dratis manakala setting (konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang  
                               tidak dikenal mereka. Padahal permasalahannya tetap sama.
                            3). Selain jenis soal pemecahan masalah tersebut di atas, NAEP juga memuat soal-
                                  soal yang ditunjukkan untuk menguji kemampuan siswa dalam hal penalaran lo-
                               gis, identifikasi langkah-langkah penyelesaian soal pemecahan masalah, dan 
                                  penggunaan strategi  pemecahan masalah. Respons siswa dalam menjawab so-
                                  al-soal jenis ini adalah sebagai berikut. Hampir dua pertiga siswa kelas tiga dan
                                  setengah dari siswa kelas tujuh menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan so-
                                  al penalaran logik. Demikian pula dalam soal yang memuat informasi tidak leng-
                                  kap. Sebagian besar , baik kelas tiga maupun kelas tujuh, menghadapi banyak
                                  kesulitan dalam menyelesaikan jenis soal yang memuat informasi tidak lengkap
                               tersebut. Walaupun informasinya sudah dilengkapi.

          Baroody ( Suharta Putu I.G, 2002:1), ada tiga jenis iterpretasi pemecahan masalah matema-tika,
 yaitu (1) sebagai strategi ( pendekatan), (2). Proses dan (3) tujuan. Sedangkan pemecahan ma-salah
 sebagai strategi, dimaksudkan guru diberi kesempatan untuk menggunakan berbagai model  strategi
Pemecahan masalah dalam mengajarkankan matematika.
          Thomas L Schroeder dan Frank Lester ( Kennedy and Tipps, 1994 : 139), mengatakan bahwa
terdapat sepuluh model  strategi pembelajaran  pemecahan  masalah matapelajaran matematika, yaitu :
1. Model  Mencari  Pola.
2. Menggunakansebuahmodel.                                                                                                                                                
3. Menggukan sebuah gambar atau diagram.
4 Memainkan peran.
5. Membuat sebuah table atau grafik.
6. Menduga dan mengujinya.
7. Menginventarisasi ( mencatat) kemungkinan yang ada.
8. Menyederhanakan atau memisahkan menjadi bagian-bagian.
9. Menghitung urutan mundur.
10. Mengubah cara pandang .
                                                                                                                                                   6
          Dengan menyeleksi masalah yang dihadapi  siswa ketika KBM matematika berlangsung, maka
 model strategi pemecahan masalah yang ke-9 tersebut di atas digunakan sebagai pembahasan
 makalah dengan judul : “ Suatu Strategi Pemecahan Masalah Model Menghitung Urutan Mundur  (
 Invers ) Suatu Bilangan Dalam Pembelajaran Matematika SD”.
B.  Prosedur Pelaksanaan Strategi  Pemecahan Masalah Model Menghitung Urutan Mundur  ( In- 
     vers ) Suatu Bilangan Dalam Pembelajaran Matematika SD

          Kennedy and Tipps ( 1994 : 155 ), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran Pemecahan
masalah model  Menghitung Urutan Mundur ( Invers) terbagi dalam 4 fase : yaitu : (1) Pendahuluan
(2) Penciptaan dan Pengembangan model (3) Penjelasan dan alas an (4) Penutup / penerapan. Di
bawah ini penjelasan dari masing-masing dari fase ini.
1.Fase Pendahuluan                                              
          Pembelajaran dalam fase pendahuluan  dimulai dari menyajikan masalah teka-teki tentang
bilangan yang belum diketahui sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswanya. Hal ini
disebabkan agar siswa dapat secara aktif dalam pembelajaran.  Agar siswa aktif dalam KBM maka
masalah yang disajikan dalam teka-teki adalah materi pembelajaran matematika yang telah dikuasai
 siswa.
2. Fase Penciptaan dan Pengembangan model
          Siswa dalam fase ini masih dihadapkan pada masalah teka-teki tentang bilangan mula-mula
yang belum diketahui  tapi ditunjukkan hasil akhir operasi hitung bilangannya. Pada fase penciptaan
dan pengembangan model , siswa diminta untuk menghitung suatu bilangan dengan urutan mundur
( Invers ) dari hasil akhir operasi bilangannya  dan menggunakan symbol  operasi hitung kebalikan
(invers). Model gambar dalam fase ini akan membantu siswa menjadi lebih mudah untuk
mengilustrasikan masalah yang disajikan dalam teka-teki.
3. Fase Penjelasan dan Alas an                                                                                                                                                                                 
          Siswa dalam fase ini diminta memberikan alas an atas jawabannya. Jika salah maka guru dapat
menjelaskan pertanyaan pancingan agar jawabannya menjadi benar. Jika benar siswa diberi pujian
sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajarnya. Dengan cara seperti  ini terjadi interaksi yang
                                                                                                                                                                               7
efektif antara guru dengan siswa, karena peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator dalam
KBM di ruang kelas.
4. Fase Penutup/ Penerapan
          Dalam fase ini terjadi penyimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Penyimpulan atas materi yang telah dipelajari itu, dilakukan oleh siswa atas bimbingan guru.
Sebelum penyimpulan dilakukan perlu diberi contoh lain yang sifatnya pengulangan materi yang 
bobot kesukarannya sama, sehingga pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi  pelajaran
yang di bahas semakin mantap.
          Seperti biasanya setiap guru masuk ke ruang kelas, ia mengucapkan salam dan disambut oleh
siswa dengan ucapan salam secara serempak. Kegiatan dilanjutkan dengan mengabsen siswa untuk
mengetahui apakah ada sisma yang tidak masuk kelas. Kemudian guru menyuruh siswa mengeluar-
kan buku matematika, selanjutnya guru memulai pelajaran matematika dengan topic yang dibahas.
Sebagai contoh pembelajaran operasi  hitung campuran bilangan cacah dengan strategi pembelajar-
an pemecahan masalah  model menghitung urutan mundur ( invers) suatu bilangan, seperti berikut ini.
1.Fase Pendahuluan
          Guru pada fase pendahuluan mengawali dengan menyajikan masalah dalam bentuk teka-teki.
Misal : Dalam teka-teki  itu dikatakan : “ Terdapat suatu bilangan kalikanlahdengan  4, tambahkanlah
4, hasinya kalikan 2, kurangi  32, bagi dengan 8. Ketka Pak Guru mengerjakan hasilnya 32. Berapkah
bilangan asalnya?
2. Fase Penciptaan dan model gambar/ diagram
          Guru dalam fase ini diberi kesempatan membagi siswa dalam bentuk belajar kelompok. Jumlah
anggota setiap kelompok sesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas itu. Dapat beranggotakan 4
atau 5 orang. Siswa diarahkan untuk berdiskusi  tentang masalah teka-teki itu dengan menggunakan
strategi pembelajaran : “ Model  menghitung urutan mundur  ( invers), yaitu mulai dari hasilakhir
menuju ke awal masalah, dengan symbol  operasi  hitung kebalikan( invers)nya.  Atau secara rinci
dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut.
                                                                                                                                                                              8
a.Diskusikan masalah teka-teki secara kelompok.
b. Apa yang harus dilakukan  untuk mencari bilangan yang mula-mula ( asalnya)?
c. Bagaimana kamu dapat mencari bilangan mula-mula ( asalnya)?
c. Bantulah kelompok dalam menyelesaikan masalah dengan kerja urutan mundur dan mengguna-
    kan invers ( kebalikan) dalam menyelesaikan operasi hitungnya.                                                                                                                                                                               
e. Perhatikan apakah ada kelompok yang sudah menemukan ( solusi) bilangan mula-mula ( asalnya)?
3. Fase Penjelasan dan alas an
          Menurut Joel Schreider dan Kenen W Saundders ( Kennedy and Tipps, 1994 : 155), mengatakan
bahwa bahasa pictoral atau bahasa gambar atau diagram sangat berguna bagi siswa dalam
mengilustrasikan masalah yang dihadapi.
          Langkah penyelesaian teka-teki tersebut di atas dengan model  menghitung urutan mundur
adalah menggunakan invers  bilangan dan bantuan diagram seperti tersebut di bawah ini.
            X 8                  + 32                  : 2                   -4                    : 4      
32                     256                 288               144                  140                35

                                                          Gambar. 1
          Dengan demikian hasil penyelesaian bilangan mula-mula ( asalnya) dengan bantuan diagram
Seperti tersebut di bawah ini.

             X 4                      + 4                   x 2                  - 32                 :  8
  35                  140                     144                  288                256                   32

                                                            Gambar . 2
4. Fase Penerapan / Penutup
          Setelah siswa memahami strategi pemecahan masalah dengan model  : ‘ Menghitung urutan
Mundur “, sajikan lagi suatu teka-teki kedua dengan bilanagn lain secara kelompok lagi. Setelah
                                                                                                                                                                                9
sajian teka-teki  yang kedua  dapat diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik. Misal suatu teka-
teki yang kedua adalah seperti berikut ini.
          Terdapat suatu bilangan kalikanlah dengan  8, tambahkanlah  6, hasinya kalikan 3, kurangi  36,
bagi dengan 6. Ketka Pak Guru mengerjakan hasilnya 45. Berapkah bilangan asalnya?
          Kegiatan serlanjutnya sajikan dengan bilangan lain yan diselesaikan secara individual. Misal suatu teka-teki yang ketiga adalah seperti berikut.
. . .
          Kegiatan diakhiri dengan kesimpulan tentang materi  yang telah dipelajari oleh siswa dibantu oleh guru.                                                                                        
IV. Penutup
Kesimpulan
          Guru professional adalah guru yang mampu untuk melakukan suatu perbuatan menggunakan
metode mengajar atau strategi pembelajaran tertentu, yang menjadikan sesuatu dalam KBM itu
tdak ada masalah. Dalam seminar Nasional ini dibahas makalah seperti berikut.
1.Strategi pemecahan masalah model :” Menghitung Urutan Mundur  ( Invers) suatu bilangan, di-
    maksudkan  sebagai upaya guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal matematika.
2. Strategi pemecahan masalah model : “Menghitung Urutan Mundur ( invers), dimaksudkan sebagai
upaya penulis untuk meningkatkan keprofesionalan guru ketika melakukan KBM mata pelajaran
matematika/
V. Daftar Pustaka
Hudoyo, H, 1983. Pemecahan masalah Dalam Pengajaran Matematika. Jakarta: P2LPTK
Kennedy and Tipps, 1994. Guiding Children’s Learning Of Mathematics. California: University of  
             North  Texas.

Sudjadi R, 1991. Evaluasi hasil Belajar Dalam Rangka Upaya peningkatan Mutu Pendidikan. Sura-
             baya : IKIP Surabaya.

Suherman, E, 2001. Common Text Book. Strategi Pembelajaran matematik Kontemporer. Ban-
             dung  Penerbit  JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

                                                                                                                                                11
Sukirman, 1997. Buku Materi Pokok matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

SUharta, I.G, 2002. Kumpulan Seminar matematika . Pemecahanan Masalah, Penalaran dan Kom-
              putasi Dalam KBK: Apa dan bagaimana Implikasinya Dalam Pembelajaran. Malang: 
              MIPA Universitas Negeri Malang.

Yuwono L. 2001. Pembelajaran Matematika Secara membumi. Malang: FMIPA Universitas Negeri
              Malang.