Melestarikan Prosesi Pernikahan Adat Bugis-Makasar
di Propinsi Sulawesi Selatan
Oleh : Saryanto
UPBJJ-UT
Purwokerto
6 Februari 2017
A. Pendahuluan
Duyvendak ( 1965: hal.14 ) mengatakan bahwa kesatuan
politik dari pada Indonesia ( terkecuali enclave-enclave dari negara asing )
tidak sama dengan daerah yang atas dasar etnologi dan lainnya disebut
Indonesia.
Berdasar pernyataan di atas, dapat
dikatakan bahwa pengertian bangsa Indonesia dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1.
Pengertian bangsa Indonesia dari sudut pandang politik.
2.
Pengertian bangsa Indonesia dari sudut pandang Etnologi.
1. Pengertian bangsa Indonesia
dari sudut pandang politik
Bangsa Indonesia secara politik
adalah penduduk ( asli dan emigran) warga negara Indonesia ( WNI) yang berdomisili
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau berdomisili di negara lain.
Secara astronomis wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia terletak pada 6 0 LU – 11 0
LS dan 95 0 BT – 1410 BT. Dengan demikian penduduk asli dan
pendatang WNI yang berdomisili di wilayah tersebut adalah merupakan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu penduduk asli Papua NKRI adalah bangsa Indonesia.
2. Pengertian bangsa Indonesia
dari sudut pandang Etnologi
Yang dimaksud
bangsa Indonesia secara etnologi adalah pendudduk yang mempunyai kesamaan
budaya dan kesamaan fisik tubuh kecil, yang berdomisili wilayah kepulauan
Indonesia atau penduduk yang berdomisili di wilayah negara lain. Yang merupakan
bangsa Indonesia terdiri dari lima rumpun bangsa, yaitu :
a. Bangsa Negrito ;
b. Bangsa Weda;
c. Bangsa Melayu Tua; dan
d. Bangsa Melayu Muda.
a. Bangsa Negrito
Bangsa Negrito memiliki ciri fisik
tubuh :
1).Bentuk kepala bulat sedang (
mesocephael); 2). Rambut keriting; 3). Bentuk badan kecil;
4). Tinggi badan ( laki-laki
rata-rata kurang dari 155 cm); 5). Warna kulit : hitam
Yang termasuk bangsa Negrito antara
lain :
a). Bangsa Aeta di
negara Filipina; b). Bangsa Semang di negara Malaysia ( Semenanjung Malaka),
c). Penduduk asli yang berdomisili di wilayah kepulauan Nusatenggara Timur.
b.
Bangsa Weda
Bangsa Weda memiliki ciri-ciri fisik tubuh:
1).Bentuk kepala
bulat sedang ( mesocephael); 2). Rambut ngandan-andan ( mengombak)
3). Bentuk badan
kecil; 4). Tinggi badan ( laki-laki rata-rata 155 cm).
5). Warna kulit :
sawo matang atau colat muda.
Yang termasuk bangsa Weda antara lain
:
1). Bangsa Ceylon (
Negara Sri Langka ); 2). Bangsa Sakai ( di Siak Sumatera Selatan)
3). Bangsa Kubu (
Palembang dan Jambi); 4) Bangsa ( Lubu, Orang Ulu, Mamak )
5). Bangsa Batak dan
Gayo ( Sumatera Utara.)
6. Bangsa Enggano dan
bangsa Mentawai ( pulau Engano dan kepulauan Mentawai).
7). Bangsa Tokea (
Sebelah tenggara semenanjung Malaka); h). Bangsa Tomuna ( di P. Muna)
8). Bangsa Toala ( Sebelah barat
semenanjung Malaka)
c. Bangsa Melayu Tua
Ciri-ciri fisik tubuh bangsa Melayu Tua :
1).Bentuk kepala bulat sedang (
mesocephael); 2). Rambut lurus lemas; 3). Bentuk badan kecil;
4). Tinggi badan ( laki-laki
rata-rata kurang dari 165 cm).
5). Warna kulit : kuning ( sawo
mentah) dan ada pula yang sawo matang ( Coklat).
Yang termasuk bangsa Melayu Tua
antara lain :
1). Bangsa Batak ( Sumatera
Utara); b). Bangsa Dayak ( Kalimantan )
2). Bangsa Toraja (
Sulawesi Tengah ); d). Bangsa Baduy ( Jawa Barat)
e) Bangsa Tengger ( Jawa Timur)
d. Bangsa Melayu Muda
Ciri-ciri fisik tubuh bangsa Melayu Muda
adalah :
1).Bentuk kepala bulat sedang (
mesocephael); 2). Rambut lurus lemas
3). Bentuk badan
kecil; 4). Tinggi badan ( laki-laki rata-rata 165 cm)
5). Warna kulit : kuning dan ada pula
yang sawo matang ( Coklat).
Yang termasuk bangsa Melayu Muda antara
lain :
1). Bangsa Jawa.2). Bangsa
Madura, ; 3). Bangsa Sunda; 4). Bangsa Bali; 5). Bangsa Bugis:
6). Bangas Makasar. 7). Bangsa Ternate; 8) Bangsa Minang Kabau; 9).
Bangsa Aceh;
10). Bangsa Banjar. 11).
Bangsa Melayu ( Riau dan Jambi, Palembang, Lampung, Bengkulu);
12). Bangsa Minahasa 13).
dan yang lain
Bangsa-bangsa yang disebutkan di
atas, berasal dari benua Asia daratan yaitu
daerah Tongkin, Daerah Pesisir Teluk Tongkin, Vietnam .
Mereka pindah dari daerah Tongkin menyeberangi
lautan menuju wilayah kepulauan Indonesia. Mereka bangsa pelaut, disebut juga bangsa
maritim, mereka adalah merupakan nenek moyang bangsa Indonesia. Mengapa mereka
pindah ke wilayah kepulauan Indonesia? Apa karena ada bencana alam atau bencana
perang, atau disana sudah padat penduduk dan sulit mencari lapangan kerja?
Kedatangan bangsa Negrito, bangsa
Weda, bangsa Melayu Tua, maupun bangsa Melayu Muda tidak bersamaan, mereka
masuk ke wilayah kepulauan Indonesia sebagai bangsa primitif, dengan ciri-ciri
:
a.
Kehidupannya
sehari-hari terisolasi dari budaya bangsa lain
b.
Bersifat
kolot
c.
Pemilikan
benda sebagai jimat, animisme dan dinamisme
d.
dll.
Setelah masuknya agama Hindu,
Budha, dan Islam, maka kebudayaan Indonesia mengalami perkembangan. Budaya upacara perkawinan di wilayah kepulauan Indonesia mengalami perkembangan
dan menjadi sangat beragam, dan masing-masing adat perkawinan berbeda antara
masyarakat satu dengan mayarakat lainnya.
Untuk memudahkan pembahasan, maka makalah
ini lebih difokuskan pada tradisi /adat prosesi pernikahan masyarakat Bugis-Makasar,
di propinsi Sulawesi Selata, dengan judul : “ Melestarikan
Prosesi Pernikahan Adat
Bugis-Makasar di Propinsi Sulawesi Selatan.”
B.
Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian pendahuluan di
atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Dimana Letak Propinsi Sulawesi Selatan?
2.
Mengapa empat rombongan berbeda domisili
melakukan perjalanan ke kota Makasar, propinsi Sualwesi Selatan?
3.
Bagaimana cara melestarikan prosesi
pernikahan tradisi / adat masyarakat Bugis-Makasar?
C. Pembahasan
1. Letak
Propinsi Sulawsi Selatan
Wilayah kepulauan
Indonesia terdiri dari pulau-pulau besar dan pulau- pulau kecil, Pulau-pulau di
wilayah kepulauan Indonesia tersebut, banyak yang sudah diberi nama terutama
pulau-pulau besar, tapi ada yang belum bernama terutama pulau-pulau kecil.
Nama-nama pulau besar di wilayah
kepulauan Indonesia antara lain :
P. Sumatera, pulau
Kalimantan, P. Jawa, pulau Sulawesi, P. Papua, P. Bali, P. Lombok, P. Sum
Sumbawa, P. Sumba , P. Flores , P. Solor, P. Alor, P. Timor, P. Halmahera , ...
, dll.
Dari nama-nama pulau tersebut di atas, pembahasan
kita batasi pada P. Sulawsi, yaitu sebagai berikut.
Letak pulau Sulawesi secara
administrasi adalah merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
, yang terbagi menjadi enam propinsi ( Daerah Tingkat 1), yaitu :
1.
Propinsi Sulawesi Selatan ibu kotanya
Makasar;
2.
Propinsi Sulawesi Barat ibu kota Mamuju
;
3.
Propinsi Sulawesi Tenggara ibukotanya Kendari;
4.
Propinsi Sulawesi Tengah ibukotanya
Palu;
5. Propinsi Gorontalo
ibukota Gorontalo;
6. Propinsi Sulawesi
Utara ibukotanya Menado.
Dari enam wilayah propinsi yang
terdapat di P. Sulawesi tersebut di atas, maka pada butir satu adalah wilayah propinsi
Sulawesi Selatan yang beribukota Makasar. Penduduk yang menempati propinsi
Sulawesi Selatan, terdiri dari :
a. Penduduk
Asli
Penduduk asli propinsi Sulawesi
Selatan adalah Suku Bugis-Makasar .
b. Penduduk
pendatang antara lain:
1). Suku Jawa, 2). Suku Sunda, 3). Suku Batak, 4).
Suku Dayak. 5). Suku Sasak, . . . dll.
Provinsi Sulawesi Selatan
secara administratif meliputi 24 kabupaten ( daerah tingkat 2),, seperti
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Kabupaten di Propinsi
Sulawesi Selatan
No
|
Kode
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu Kota Kabupaten
|
1
|
01
|
Kabupaten Kepulauan Selayar
|
Benteng
|
2
|
02
|
Kabupaten Bulukumba
|
Bulukumba
|
3
|
03
|
Kabupaten Bantaeng
|
Bantaeng
|
4
|
04
|
Kabupaten Jeneponto
|
Bontosunggu
|
5
|
05
|
Kabupaten Takalar
|
Pattallassang
|
6
|
06
|
Kabupaten Gowa
|
Sungguminasa
|
7
|
07
|
Kabupaten Sinjai
|
Sinjai
|
8
|
08
|
Kabupaten Bone
|
Watampone
|
9
|
09
|
Kabupaten Maros
|
Turikale
|
10
|
10
|
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
|
Pangkajene
|
11
|
11
|
Kabupaten Barru
|
Barru
|
12
|
12
|
Kabupaten Soppeng
|
Watansoppeng
|
13
|
13
|
Kabupaten Wajo
|
Sengkang
|
14
|
14
|
Kabupaten Sidenreng Rappang
|
Watang Sidenreng
|
15
|
15
|
Kabupaten Pinrang
|
Pinrang
|
16
|
16
|
Kabupaten Enrekang
|
Enrekang
|
17
|
17
|
Kabupaten Luwu
|
Belopa
|
18
|
18
|
Kabupaten Tana Toraja
|
Makale
|
19
|
19
|
Kabupaten Luwu Utara
|
Masamba
|
20
|
20
|
Kabupaten Luwu Timur
|
Malili
|
21
|
21
|
Kabupaten Toraja Utara
|
Rantepao
|
22
|
22
|
Kota Madya Makassar
|
Makasar
|
23
|
23
|
Kota Parepare
|
-
|
24
|
24
|
Kota Palopo
|
-
|
Propinsi Sulawesi Selatan, secara
geografis terletak di d daerah yang dibatasi oleh.
1. Sebelah barat
berbatasan dengan Selat Makasar
2. Sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Flores
3. Sebelah timur
berbatasan dengan Teluk Bone
4.Sebelah utara
berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Barat, dan Sulawei Tengah
Untuk lebih menambah wawasan tentang
proinsi Sulawesi Selatan, di bawah ini ditunjukkan Peta Lokasi Propinsi Sulawesi
Selatan (lihat gambar 2).
about:blank
Gambar 2. Peta Lokasi Pulau Sulawesi.
2. Empat Rombongan Berbeda Domisili Melakukan
Perjalanan ke Kota Makasar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Sebanyak empat
rombongan dari domisili berbeda melakukan perjalanan menuju kota Makasar,
Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu :
a.
Rombongan
Berangkat Dari Purwokerto
Route perjalanan
dari Purwokerto ke Makasar secara relatif jauh jaraknya dan melewati bentangan
alam ( natural landscape) darat dan laut. Banyak biro jasa perhubungan darat,
laut dan udara yang memasang tarif ekonomi, bisnis maupun eksekutif, serta jadwal
pemberang-katan yang relatip tetap dari Purwokerto ke Makasar atau sebaliknya.
Sehingga setiap pema-kai jasa
perhubungan, perlu menyesuaikan ketentuan jadwal pemberangkatan dan tarif /
harga tiket yang dipasang.
Rombongan pertama
yang beranggota tiga orang yaitu dua orang suami istri (Saryanto dan Reni
Yuniarti) dan satu orang anak kandung pasangan suami istri tersebut yaitu (
Hari Ady Prasetya ), menempuh route perjalanan dari Purwokerto, Yogyakarta, ke
Makasar.
Route perjalanan pertama yang
ditempuh adalah adalah dari rumah menuju stasiun kereta api Purwokerto. Dengan menggunakan
jasa angkutan Taksi, rombongan berangkat dari rumah ( desa Dukuhwaluh) pada
hari kamis, tanggal 24 Nopember 2016 pukul
22.30 WIB, menuju ke stasiun kereta api Purwokerto.
Route perjalanan berikutnya adalah
dari stasiun Purwokerto menuju stasiun kereta api Yogyakarta. Hari kamis,
tanggal 24 Nopember 2016, pukul 24.00 WIB, rombongan dengan menggunakan jasa
angkutan kereta api Sawung Galih dari stasiun KA Purwokerto, menuju Stasiun
Tugu Yogyakarta. Rombongan sampai di stasitun Tugu Yogyakarta pada hari Jum’at,
tanggal 25 Nopember 2016, pukul 04.00 WIB.
Route selanjutnya adalah dari stasiun kereta
api Yogyakarta menuju bandara Adi Sucipto, rombongan
menggunakan taksi dari stasiun Tugu Yoyakarta menuju ke bandara Adi
Sucipto Yogyakarta.
Rote perjalanan berikutnya dari
bandara Yogyakarta ke bandara Makasar. Dengan pesawat Garuda yang take-up hari
Jum’at, tanggal 25 Nopember 2016 pukul 09.30 WIB dari bandara Adi Sucipto
Yogyakarta, pesawat landing di bandara Sultan Hasanudin Makasar sekitar pikul 13.00
WITENG ( Waktu Indonesia Tengah). Di bandara Sultan Hasanudin, Makasar rombongan
dijemput oleh keluarga pihak pengantin wanita, dan di antar menggunakan Taksi
menuju hotel Tree tempat rombongan menginap.
b.
Rombongan Yang Berangkat Dari Merauke
Rombongan kedua yang berangkat dari
Merauke terdiri dari empat orang, dua orang adalah suami dan istri ( Arif Hari
Ujiono dengan Ela Wahyuni) dan satu orang anak dari pasangan suami istri tersebut
bernama Almahira Ayu Hananiar (Aira ) yang lahir di Merauke pada tanggal
12 Februari 2016. Dan satu orang lagi adalah Ibu kandung Ela Wahyuni . Ibu
kandung Ela Wahyuni langsung menuju rumah orang tuanya di Makasar. Ibu kandung
Ela Wahyuni juga berasal dari Suku Bugis-. Mereka.
Mereka berangkat dari rumah di Merauke menggunakan angkutan taksi menuju Bandara Mopah, Merauke.
Selanjutnya rombongan dari bandara Mopah Merauke menggunakan pesawat Citilink menuju
Bandara Sultan Hasanudin, Makasar, propinsi Sulawesi Selatan. Di bandara Sultan
Hasanudin, rombongan dijemput oleh keluarga pihak pengantin wanita, dan di
antar menggunakan Taksi menuju hotel Tree tempat rombongan menginap.
c.
Rombongan
Berangkat Dari Jedah, kerajaan Arab
Saudi
Rombongan ketiga adalah rombongan
yang berangkat dari Jedah, Arab Saudi,
ke Makasar, Indonesia, yaitu Hepi Hari Susapto, ditemani oleh dua orang dosen ( suami istri
). Kedua dosen suami –istri tersebut adalah dosen senior ( Prof. DR) di
perguruan tinggi METU ( Midle East Technologi of University), adalah nama suatu
suatu perguruan tinggi di Ankara, Turky. Dosen ( suami istri ) itu, berasal
dari etnis Cataristan, negara Rusia. Setelah sampai Di bandara Sultan Hasanudin
Makasar ( Indonesia), rombongan dijemput oleh keluarga pihak pengantin wanita,
dan di antar menggunakan Taksi menuju hotel Tree tempat rombongan menginap. Hepi
Hari Susapto adalah pengantin laki-laki yang akan melangsungkan pernikahan
dengan Amdya Hufiffah.
d.
Rmbongan Teman-teman Alumnus SMA Semesta Semarang
Rombongan keempat yaitu, tiga orang
teman-teman Hepi dari ( Alumnus SMA Semesta, Semarang ). Mereka ada yang berangkat dari Bandung, ada
yang berangkat dari Jakarta dan ada yang berangkat dari Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Setelah sampai di
bandara Sultan Hasanudin Makasar, rombongan dijemput oleh keluarga pihak
pengantin wanita, dan di antar menggunakan Taksi menuju hotel Tree tempat
rombongan menginap.
Di Hotel Tree ( Hotel Pohon) sebagai
tempat menginap, telah disiapkan 5 kamar
untuk menginap empat rombongan tersebut di atas, yaitu pada lantai tingkat 8. Adapun
kamar-kamar yang dipesan adalah kamar nomor 809, kamar nomor 810, kamar nomor
811, kamar nomor 812, dan kamar nomor 813.
Kamar-kamar teratur rapi dan dilengkapi fasilitas mandi air panas yang diperoleh
dengan cara memutar kran pada pipa air mandi yang tersedia di tiap kamar mandi,
sedang-kan jika akan mandi air biasa / normal
kran pipa air mandi tidak perlu diputar. Untuk naik atau turun dari lantai
tingkat tertentu ke tingakat lainnya, hanya dengan memencet tombol nomor di ruang Lif, sesuai dengan tingkat lantai yang akan
dituju.
Kedatangan rombongan-rombongan tersebut
di atas dalam rangka menghadiri acara pernikahan antara Hepi hari Susapto
dengan Amdya Hufiffah yang dilaksanakan di Masjid Raya Makasar tanggal 26
Nopember 2016.
3. Menghadiri Acara Pernikahan di
Kodya Makasar
Empat rombongan yang telah disebutkan di atas, hadir
pada acara pernikahan antara Hepi Hari Susapto dengan Amdya Hufiffah pada tgl 26 Nopember 2016 di Masjid Raya kodya
Makasar. Perlu anda ketahui bahwa untuk mendapat ijin menggunakan
ruang Masjid Raya kodya Makasar sebagai tempat melaksanakan upacara pernikahan,
menunggu waktu sekitar enam bulan dihitung dari waktu sejak mendaftar ke
panitia Masjid. Sekitar tiga atau empat ratus orang hadir pada acara resepsi pernikahan
tersebut.
Lantai tingkat dua Masjid merupakan tempat/
ruangan yang digunakan untuk acara Akad-Nikah. Sedangkan lantai tingkat satu Masjid
merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat
acara resepsi pernikahan. Lantai
tingat tiga Masjid berfungsi sebagai
tempat sholat.
Pernikahan
antara Hepi Hari Susapto dengan Amdya Hufiffah adalah mengunakan tradisi/ adat pernikahan masyarakat Bugis-Makasar. Tradisi
pernikahan dalam masyarakat Bugis- Makasar memiliki arti dan makna filosofis
yang mendalam dan luhur, yang mana tradisi ini sudah ada sejak zaman kuno saat
kepercayaan masyarakat Bugis -Makasar
masih animisme-dinamisme.
Di dalam prosesinya memiliki
nilai-nilai luhur dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat
Bugis-Makasar. Oleh karena prosesi pernikahan adat / tradisi masyarakat Bugis/
Makasar yang memiliki nilai-nilai budaya luhur dan kearifan, maka perlu
dilestarikan dan dipelihara keberlangsungannya dari generasi ke generasi oleh masyarakat
Bugis-Makasar.
Melestarikan
Prosesi Pernikahan Tradisi / Adat Bugis-Makasar.
Di Indonesia upacara pernikahan menurut
tradisi/ adat itu sangat beragam, karena tradisi/ adat pernikahan di Indonesia
sangat banyak dan masing-masing tradisi/ adat berbeda dengan tradisi/ adat yang
lainya. Upacara pernikahan di Indonesia menurut tradisi/ adat yang beraneka
ragan itu, dalam makalah ini difokuskan pada upacara pernikahan tradisi/ adat
Bugis-Makasar.
Menggunakan prosesi pernikahan tradisi/
adat masyarakat Bugis-Makasar, berarti melestarikan
budaya pernikahan masyarakat Bugis-Makasar. Terdapat sepuluh tahapan prosesi pernikahan tradisi/ adat masyarakat Bugis-Makasar, yaitu :
1. Mappasau
Botting & Cemme Passih
2. Mappanre Temme
3. Mappacci /
Tudammpenni
4. Mappenre Botting
5. Madduppa Botting
6. Mappasikarawa /
Mappasiluka
7. Marola / Mapparola
8. Mallukka Botting
9. Massita Beseng
10. Ziarah
Selanjutnya akan dibahas setiap tahapan prosesi pernikahan tradisi/ adat
Bugis Makasar, seperti tersebut di bawah ini.
1. Mappasau Botting
& Cemme Passih
Mappasau botting, adalah ritual awal prosesi pernikahan. Mappasau botting ini merupakan
tradisi merawat pengantin. Selama tiga
hari menjelang pelaksanaan upacara pernikahan, calon pengantin wanita menjalani
tradisi perawatan, antara lain berupa mandi uap, memoleskan bedak hitam dari
campuran beras ketan, asam jawa dan jeruk nipis. Cemme Passih sendiri
merupakan mandi tolak bala yang dilakukan oleh calon pengantin wanita, untuk
meminta perlindungan Tuhan dari bahaya. Upacara ini umumnya dilakukan pada pagi
hari, sehari sebelum pelaksanaan upacara pernikahan. Dalam acara itu, calon
pengantin wanita masih dipingit, dalam pengertian bahwa calon pengantin
laki-laki dan calon pengantin wanita belum dipertemukan dengan calon pengantin
laki-laki.
2.Mappanre Temme
Karena
mayoritas suku Bugis memeluk agama Islam, pada sore hari sebelum hari
pernikahan, diadakan acara mappanre temme atau khatam Al-Quran
dan pembacaan barzanji yang dipimpin oleh seorang imam.
3. Mappacci /
Tudammpenni
Malam
menjelang pernikahan, calon pengantin melakukan kegiatan-mappaci /
tuda- mmpenni. Proses ini
bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan kedua pengantin dari hal-hal yang
tidak baik. Dimulai dengan jemputan pengantin wanita setelah tiga hari
pengantin wanita menjalani tradisi perawatan, namun kedua mempelai belum boleh
bertemu. Kemudian duduk di pelaminan,
setelah itu di depan mereka disusun perlengkapan-perlengkapan berikut; sebuah
bantal sebagai simbol penghormatan, tujuh sarung sutera sebagai simbol harga
diri, selembar pucuk daun pisang sebagai simbol kehidupan yang
berkesinambungan, tujuh sampai sembilan daun nangka sebagai simbol harapan,
sepiring wenno (padi yang sangrai) sebagai simbol perkembangan baik, sebatang
lilin yang menyala sebagai simbol penerangan, daun pacar halus sebagai simbol
kebersihan dan bekkeng (tempat logam untuk daun pacci) sebagai simbol persatuan
pengantin. Setelah perlengkapan-perlengkapan tersebut ditaruh, satu persatu
kerabat dan tamu akan mengusapkan pacci ke telapak tangan pengantin.
4.Mappenre Botting
Mappenre botting berarti mengantar mempelai pria ke rumah
mempelai wanita. Mempelai pria diantar oleh iring-iringan tanpa kehadiran orang
tuanya. Iring-iringan tersebut biasanya terdiri dari indo botting (inang
pengantin) dan passepi (pendamping mempelai).
Jum’at /25-11-2016 sekitar pukul (
17. 00- 19.00 ) Witeng( Waktu Indonesia Bagian Tengah), rombongan pengantin
laki-laki yang menginap di hotel Tree, dijemput menggunakan kendaraan mobil
menuju rumah pengantin wanita. Di ruang tamu rumah pengantin wanita, robongan
pengantin laki-laki disambut oleh keluarga pengantin wanita.
Dalam acara itu, calon pengantin wanita masih dipingit, dalam pengertian
bahwa calon pengantin laki-laki dan calon pengantin wanita belum dipertemukan.
Setelah acara selesai, rombongan pengantin laki-laki di antar ke hotel Tree
lagi.
5. Madduppa Botting
Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa
botting atau penyambutan kedatangan mempelai pria. Penyambutan ini
biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (satu remaja wanita dan satu remaja
pria), dua orang pakkusu-kusu (wanita yang sudah menikah), dua
orang pallipa sabbe(orang tua pria dan wanita setengah baya sebagai
wakil orang tua mempelai wanita) dan seorang wanita penebar wenno.
Di ruang tamu rumah pengantin wanita
itu, rombongan pengantin laki-laki disambut oleh keluarga dari saudara bapak
pengantin wanita dan saudara dari ibu pengantin wanita. Rombongan pengantin
laki-laki disambut oleh ibu dari ibunya pengantin wanita ( nenek pengantin
wanita). Ternyata nenek dari pengantin wanita ada yang kembar dan masih hidup keduanya.
Dijelaskan juga oleh kerluarga
pengantin wanita tentang makna dari miniatur rumah panggung adat Bugis-Makasar
dan perlengkapannya yang ditunjukkan dalam ruang tamu.
5. Mappasikarawa
/ Mappasiluka
Akad Nikah dilaksanakan di lantai dua
Masjid Raya Kota Madya Makasar berlangsung sekitar satu jam yaitu mulai pukul
08.00 -09.00 WITENG. Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi,
yaitu: :
a). Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b). Adanya Ijab Qabul.
c). Adanya Mahar.
d). Adanya Wali.
e). Adanya Saksi-saksi.
a). Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b). Adanya Ijab Qabul.
c). Adanya Mahar.
d). Adanya Wali.
e). Adanya Saksi-saksi.
Mappasikarawa/ Mappasiluka adalah
suatu prosesi pernikahan tradisi Bugis /Makasar yang dilakukan setelah akad
nikah. Mempelai pria dituntun menuju kamar mempelai wanita untuk melakukan
sentuhan pertama. Bagi suku Bugis, sentuhan pertama mempelai pria memegang
peran penting dalam keberhasilan kehidupan rumah tangga pengantin.
Mappasikarawa /
Mappasiluka dilaksanakan setelah akad nikah jika prosesi pernikahan yang
dilaksanakan di rumah keluarga mempelai wanita. Namun karena acara akad nikah
dilaksanakan di masjid, maka tahapan Mappasikarawa / Mappasilukan dapat dilaksanakan
setelah resepsi pernikahan selesai.
6. Mallukka Botting
Mallukka Botting adalah suatu tahapan prosesi pernikahan kedua
pengantin menanggalkan busana pakaian adat upacara pernikahan. Pengantin pria
umumnya mengenakan celana panjang hitam, kemeja panjang putih dan kopiah,
ssdangkan pengantin wanita menggunakan rok atau celana panjang, kebaya dan
kerudung. Kemudian pengantin pria dililitkan tubuhnya dengan tujuh lembar kain
sutera yang kemudian dilepas satu persatu.
7. Massita Beseng
Massita Beseng adalah suatu tahapan prosesi pernikahan yang dilakukan
setelah tahapan acara akad nikah dan tahapan resepsi pernikahan selesai. Pembawa
acara memberitahukan kepada peserta yang hadir bahwa tahapan acara resepsi pernikahan
telah selesai dan ditutup dengan ucapan hamdalah bersama-sama. Dengan selesainya
tahap Massita Beseng, maka tamu yang hadir meninggalkan ruang acara resepsi
pernikahan telah selesai dan tamu undangan satu persatu meninggalkan ruangan
Masjid Raya Kodya Makasar.
Begitu pula peserta empat
rombongan dari keluarga
mempelai laki-laki, meninggalkan ruang Masjid lantai satu dan diantar menggunakan
mobil menuju ke hotel Tree sebagai tempat menginap.
Esok harinya, pada hari Minggu
tanggal 27 Nopember 2016, rombongan yang menginap di hotel Tree, yaitu :
a. Dua
orang (suami istri ) dosen METU, diantar menggunakan mobil menuju Bandara
Sultan Hasanudin, selanjutnya melanjutkan perjalanan wisata ke pulau Dewata (
Pulau Bali).
b. Dua
orang teman laki-laki alumnus SMA Semesta Semarang, diantar menggunakan mobil menuju
bandara Sultan Hasanudin melakukan perjalanan pulang menuju kampung halamannya masing-masing yaitu kota
Jakarta dan kota Bandung.
c. Enam
orang dari keluarga pengantin laki-laki dan pasangan suami istri pengantin baru
dan adik laki-laki penganten wanita, sehingga jumlah anggota rombongan menjadi
sembilan orang, sekitar pukul 16.00 Witeng melaksanakan wisata ke pantai Losari
Kodya Makasar.
Setelah satu setengah jam menikmati keindahan
wisata pantai Losari, rombongan melaksanakan solat Mahrib di : “ Masjid
Terapung” di Pantai Losari. Acara
setelah solat mahrib, adalah makan malam pada suatu restorant di kodya Makasar.
Setelah makan malam, rombongan diantar menuju ke hotel Tree untuk menginap.
Sedang yang tiga orang ( Hepi Hari
Susapto dan Amdya Hufiffah ) dan satu orang adik lak-laki dari pengantin wanita,
menuju ke rumah pengantin wanita di Makasar.
Senin pagi tgl. 28 Nopember 2016 sekitar pukul 09.00 saya dan istri ( Saryanto
dan Reni Yuniarti ) serta Hari Ady Prasetya ( anak bungsu) berangkat dari hotel
Tree menuju ke Bandara Sultan Hasanudin Makasar. Rombongan yang terdiri dari
tiga orang itu melanjutkan perjalanan dari bandara Sultan Hasanudin Makasar menuju
Bandara Adi Sucipto yogyakarata. Sekitar pukul 10.00 WiTENG menggunakan pesawat
Garuda terbang dari bandara Sultan Hasanudin Makasar menuju bandara Adi Sucipto
Yogyakarta. Sekitar pukul 11.00 WIB pesawat mendarat di bandara Adi Sucipto
yogyakarta. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan taksi menuju stasiun
kereta api Lempuyangan Yogya-karta. Selanjutnya pada pukul 12.00 WIB, rombongan
naik kereta api dari Lempuyangan menuju
Purwokerto. Sekitar pukul 15.30, kereta api yang berangkat dari stasiun kereta
api Lempuyangan Yogyakarta sampai di Purwokerto. Selanjutnya rombongan dengan menggunakan
taksi menuju melanjutkan perjalanan pulang ke Dukuhwaluh, sekitar pukul 16.00
WIB sudah sampai di rumah.
Rombongan suami dan istri ( Arif Hari
Ujiono dan Ela wahyuni) serta anaknya Almahira Ayu Hananiar (Aira), masih
menginap di hotel Tree kodya Makasar satu malam lagi. Pada tanggal 29 Nopember 2016, dijemput oleh
ibunya, neneknya dan saudaranya melanjutkan perjalanan menuju keluarga nenek dari
Ela Wahyuni ( Suku Bugis-Makasar) di kampung di wilayah kabupaten Makasar,
propinsi Sulawesi selatan. Sekitar satu minggu Arif Hari Ujiono dan Ela
wahyuni) serta anaknya Almahira Ayu Hananiar (Aira) masih tinggal di Makasar. Pada
tanggal 5 Desember 2016, rombongan yang terdiri dari empat orang tersebut,
melanjutkan perjalanan dari bandara Sultan Hasanudin menuju ke kota Merauke,
Kab Merauke, Propinsi Papua, menggunakan
pesawat udara Citilink.
Sekitar tiga hari Hepi hari Susapto
dan Amdya Haffifah, tinggal di rumah Makasar. Selanjutnya pada tagl 1 Dember
2016, Hepi hari Susapto dan Amdya Haffifah melanjutkan perjalanan dari Bandara
Sultan Hasanudin Makasar menggunakan pesawat Garuda menuju Yogyakarta. Hepi dan
Amdya menginap di suatu hotel di Di kota Yogyakata selama tiga hari.
8. Marola / Mapparola
Pada hari Sabtu, tanggal 3 Desember
2016 rombongan keluarga pihak pengantin wanita yang berjumlah tiga orang yaitu
dua oarang (suami istri) dan satu anak laki-laki dari suami istri tersebut. Rombongan
tersebut berangkat dari bandara Sultan Hasanudin Makasar sekitar pukul 10.00
WITENG menggunakan pesawat Garuda menuju bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Sekitar pukul 11.00 WIB rombongan itu telah sampai di Bandara Adi Sucipto,
Yogyakarta.
Di Yogyakarta rombogan bergabung
dengan Hepi dan Amdy yang telah lebih dulu di Yogyakarta, sehingga jumlah
anggota rombongan menjadi lima orang.
Langkah berikutnya rombongan, Minggu, 4 Desember 2016 pukul 23.00 WIB, rombongan
berangkat dari Yogyakarta menggunakan kendaraan bus Efisiensi menuju
Purwokerto. Robongan sampai di Purwokerto sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Di
Purwokerto dijemput menggunakan mobil oleh Hari Ady Prasetya menuju rumah di Dukuhwaluh.
Minggu tgl. 4 Desember 2016, pukul
(09.00 - 12.00) WIB, di rumah keluarga pengantin laki-laki di desa Dukuhwaluh, dilaksanakan
acara tasyakuran. Pelaksanaan acara tasyakuran, terkait dengan Marola / Mapparola. Perlu anda ketahui bahwa Marola
/ Mapparola adalah suatu tahapan prosesi pernikahan tradisi/ adat
Bugis-Makasar, dimana keluarga mempelai wanita melakukan kunjungan balasan ke
rumah mempelai laki-laki.
Acara tasyakuran oleh pihak keluarga pengantin
laki-laki, berlangsung di desa Dukuh-waluh, kec Kembaran, kab Banyumas. Acara
tasyakuran diawali dengan pembacaan ayat
suci Al Qur’an dengan waktu 30 menit, dilanjutkan pengajian dengan penceramah oleh
Bp Toha dengan waktu 90 menit, lain-lain sekitar 60 menit, acara taysakuran
ditutup pukul 12.00 WIB. Orang- orang yang hadir dalam acara tasyakuran tersebut
antara lain : a. Warga RT sekitar, b. keluarga pengantin laki-laki dari Klampok
( Kab Banjarnegara), c. keluarga pengantin laki-laki dari Dukuhwaluh ( kec Kembaran),
d. rombongan D peserta haji kloter 10 tahun 2016, dan kelompok pengajian ibu-ibu
dari Perumnas Teluk, kec Purwokerto Selatan.
Saya ( penulis) sebagai staf UT
(UPBJJ- Purwokerto) sebagai pengawas UAS
Pendas tgl 4 Desember 2016, yang bertugas sebagai PJTU di Purwokerto,
tetap menjalankan tugasnya. Dengan menggunakan sepeda motor berangkat pukul
06.00 WIB, menuju lokasi UAS di SMP Muh.4 Purwokerto, pukul 07.30 menuju lokasi
UAS di SMA Veteran, pukul 08.00 WIB menuju lokasi UAS di FISP-Unsoed, 08.30
menuju lokasi UAS di F Budaya, , menuju rumah Dukuhwaluh mengikuti acara
Tasyakuran pukul (09.00- 12.00). Selanjutnya pukul 12.00 WIB diantar oleh Hari
Ady Prasetya menggunakan sepeda motor menuju lokasi UAS di SMA Negeri 5
Purwokerto dari pukul mulai (12.00 - 16.30 WIB).
Minggu tgl 4 Desember 2016 sekitar pukul
16.30, tiga orang dari keluarga pengantin wanita, diantar oleh (Hepi, Amdya),
Reni Yuniarti, Hari Ady Prasetya, berangakat menggunakan mobil dari desa Dukuhwaluh
menuju lokasi UAS di SMA Negeri 5 untuk
menjemput saya ( penulis). Dari lokasi UAS SMA negeri 5 Purwokerto, rombongan
menuju stasiun kereata api Purwokerto.
Dengan menggunakan jasa angkutan
kereta api, rombongan tiga orang ( pihak keluarga pengantin wanita) berangkat
dari stasiun kereta api Purwokerto menuju satasiun kereta api Yogyakarta. Dari
stasiun kereta api Yogyakarta melanjutkan perjalanan ke bandara Adi Sucipto
Yogyakarta. Perjalanan berikutnya dari bandara Adi Sucipto Yogyakarta
menggunakan pesawat Garuda menuju bandara Sultan Hasanudin Makasar dan
seterusnya perjalanan menuju ke kampung halaman yaitu Kolaka, Kabupaten Kendari,
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Senin, tanggal 5 Desember 2016, Hepi
Hari Susapto dan Amdya ( suami dan istri) sekitar pukul 14.00 WIB, berangkat
dari rumah Dukuhwaluh di antar oleh Hari Ady Prasetya dan orang tuanya, menuju
stasiun kereta api Purwokerto. Dengan menggunakan jasa kereta api, Hepi dan
Amdya ( suami istri) melakukan perjalanan dari Purwokerto menuju stasiun Gambir
Jakarata.
Di Jakarta Hepi Hari Susapto
melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat Arabia Air Line dari Bandara
Sukarno-Hata menuju Bandara King Abdul Azis, Jedah. Dari Bandara King Abdul
Azis melanjutkan perjalanan ke kampus perguruan tinggi KAUST ( King Abdullah
University of Sience and Technology) di kota Jedah, kerajaan Arab Saudi, dalam
rangka menyelesaikan studi Program S3 jurusan Biologi di perguruan tinggi
KAUST.
Hepi Hari Susapto adalah luluasan Program
S1-Teknik Kimia dari suatu perguruan tinggi yang bernama : “ METU ( Middle East
Tecknical University)” di Ankara, Turky. Sedangkan Program S2-Teknik Material
Sience adalah lulusan perguruan tinggi (Bilkent University) di Ankara, Turky. Bulan
Januari 2016, Hepi Hari Susapto diterima sebagai mahasiswa di perguruan tinggi
KAUST program S3 di jurusan Fisika dan Biologi, kemudian yang dipilih oleh Hepi Hari Susapto
adalah program S3 jurusan Biologi.
Perlu anda ketahui bahwa untuk
mahasiswa program S3-KAUST yang sudah berumah tangga jika anggota keluarnya
diajak ke Jedah, mendapat satu rumah sebagai tempat tinggal. Sedangkan
mahasiswa S3- KAUST yang masih single, mendapat satu rumah bertingkat dua untuk
di huni dua orang.
Senin tanggal 6 Desember 2016, Amdya Hufiffah
melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat Garuda dari bandara Sukarno-Hata
menuju bandara Sultan Hasanudin Makasar untuk mengurus pembuatan paspor yang
telah habis masa berlakunya dan mengurus pembuatan surat pindah ke Dukuhwaluh,
Kec. Kembaran, Kab Banyumas, Jawa-Tengah.
Dilanjutkan mengurus pembuatan Kartu Keluarga ( kartu KK) sebagai istri
dari Hepi Hari Susapto.
Setelah selesai pembuatan paspor di Makasar, Rabu tgl. 18 Januuari 2017,
Amdya Hufiffah melakukan perjalanan menggunakan pesawat Garuda dari bandara
Sultan Hasanudin Makasar menuju bandara Soekarno –Hata, Jakarta, dalam rangka
pembuatan Visa untuk tinggal di Jedah, kerajaan Arab Saudi.
Sambil menunggu proses pembuatan
Visa, pada hari kamis, tgl. 19/01/2017, Amdya berangkat dari Stasiun Gambir,
Jakarta pukul 17.30 menggunakan angkutan kereta api Gajayana menuju Purwokerto.
Kereta Gajayana sampai di Stasiun Purwokerto pukul 22.31 WIB. Dari stasiun kereta api Purwokerto, Amdya
dijemput oleh keluarga Mertua yaitu (
Saryanto, Reni Yuniarti dan Hari Adi Prsetya ) untuk menginap di rumah
Dukuhwaluh. Menurut informasi bahwa hari Jum’at, tgl. 20/01/2017 Visa telah
jadi.
Pada hari Sabtu tgl 21/01/2017, Amdya
berangkat dari Purwokerto ke Jakarta dalam rangka mengambil Visa yang sudah
jadi di Jakarta. Perjalanan selanjunya dari Jakarta ( bandara Sukarno-Hata), menggunakan
pesawat menuju bandara Sultan Hasanudin, Makasar.
Pada hari Sabtu, tgl. 4 Februari 2017,
Amdya Hufiffah berangkat dari dari Bandara Sultan Hasanudin Makasar pukul 04.00
WITENG naik pesawat Garuda menuju Bandara Sukarno Hatta Jakarta. Selanjutnya
menggunakan pesawat Garuda dari bandara Sukarno-Hatta, menuju Bandara King
Abdul Azis, Jedah menyusul suami yaitu ( Hepi Hari Susapto), karena surat
undangan ijin anggota keluarga ( istri) ikut suami telah terbit.
Perlu diketahui bahwa setiap
mahasiswa KAUST, Jedah, kerajaan Arab Saudi yang sudah berumah tangga dan
anggota keluarganya diajak ke Jedah, mendapat satu rumah untuk dihuni satu
keluarga. Sedangkan mahasiswa KAUST yang masih singgel, setiap dua orang mahasiswa
mendapat satu rumah bertingkat dua untuk dihuni.
Amdya Hufiffah juga masih berstatus sebagai mahasiswa program S2 jurusan Hubungan
Internasional di suatu perguruan tinggi yang bernama Istambul University, Turky.
Saat ini sedang dalam proses menyelesaikan pembuatan Thesis, dan kemungkinan ujian
Thesisnya ditempuh pada bulan Februari 2017.
9. Ziarah
Ziarah adalah suatu tahapan prosesi
pernikahan adat Bugis- Makasar yang dilaksanakan sehari setelah hari pernikahan
berlangsung, kedua pengantin bersama dengan keluarga pengantin wanita melakukan
ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk penghotmatan dan syukur
atas penikahan yang telah berlangsung lancar.
C. Kesimpulan
1. Nenek
moyang suku bangsa Jawa dan suku bangsa Bugis-Makasar adalah sama yaitu
termasuk rumpun bangsa Melayu Muda.
2. Prosesi pernikahan adat
masyarakat Bugis-Makasar terdiri dari sembilan tahapan, yaitu :
Mappasau
Botting & Cemme Passih ; Mappanre Temme; Mappacci /Tudammpenni;
Mappenre Botting; Madduppa
Botting ; Mappasikarawa / Mappasiluka; Marola /
Mapparola; Mallukka Botting;
Massita Beseng ; dan Ziarah.
3.
Di dalam tradisi/ adat prosesi pernikahan masyarakat Bugis-Makasar memiliki
nilai-nilai luhur dan
kearifan budaya.
D. Kepustakaan
Bouman
P.J , 1971. Sosiologi Pengertian dan Masalah. Jakarta: Penerbit Jajasan
Ka-
nisius
.
Duyvendak Ph. J, 1965. Pengantar Etnologi Kepulauan
Indonesia. Djakarta: Penerbit Tavip
Study Club.
Fischer TH H Dr, 1966. Pengantar Anthropologi
Kebudayaan Indonesia. Djakarta : Penerbit PT
Pembangunan
Gunung Sahari 84.
Koentjaraningrat , 1976. Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta : Penerbit
Djambatan.
Koentjaraningrat , 1974. Kebudayaan mentalitet dan Pembangunan
. Jakarta : Penerbit
PT Gramedia