Selasa, 03 Januari 2017

Kalkulus Suatu Tinjauan dari Sudut Pandang Himpunan

Kalkulus Suatu Tinjauan dari Sudut Pandang Himpunan
( Saryanto- UPBJJ-Purwokerto)
4 Januari 2017
A.  Pendahuluan
          Pada jaman prasejarah, ketika itu manusia hidup dengan cara berburu atau mengumpulkan hasil hutan (misal : buah-buahan). Jumlah penduduk atau jumlah manusia dapat dibilang masih sedikit, sehingga jumlah bahan makanan yang diperlukan manusia dapat dipenuhi oleh alam sekitar dengan cara berburu atau mengumpulkan hasil hutan.
          Sejarah telah mencatat bahwa pada jaman prasejarah di Indonesia, Goa dijadikan tempat tinggal manusia, hal ini ditunjukkan oleh ditemukannya peninggalan kebudayaan berupa ujung anak panah dan kapak batu yang digunakan sebagai alat berburu binatang atau mengumpulkan hasil hutan.
          Untuk mengetahui jumlah binatang hasil buruan ataupun jumlah buah-buahan yang dikum-pulkan dari hasil hutan, tentunya ada cara yang digunakan oleh manusia jaman itu. Kita katakan bahwa cara yang paling sederhana yang digunakan untuk mengetaui jumlah hasil binatang buruannya adalah dipasangkan dengan jumlah busur panah yang telah berhasil digunakan untuk menangkap hewan buruan tersebut.
          Pemasangan/relasi himpunan binatang hasil buruan dengan himpunan busur anak panah yang telah digunakan dinamakan pemetaan atau fungsi. Relasi antara himpunan busur anak panah   de-ngan  himpunan binatang hasil buruan dapat dijelaskan menggunakan gambar diagram panah.
          Pantur Silaban ( 1989, hal 1), mengatakan bahwa himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas obyek-obyek yang didefinisikan secara jelas. Sebagai contoh misal ; himpunan penduduk bumi, himpunan mahasiswa program studi S1-Pendidikan Matematika UT, himpunan sungai-sungai di kabupaten Banyumas, himpunan peserta haji dari daerah kabupaten Banyumas tahun 2016.
          Cara penulisan (notasi) himpunan menggunakan huruf besar, sedangkan obyek-obyek tertentu yang menjadi anggota (elemen) himpunan menggunakan huruf kecil.  Sebagai contoh:
1. A = { sungai Serayu, sungai Pelus, sungai Logawa, sungai Kranji, sungai Sogra, ..., }
2. B = { program studi Matematika-S1, program studi Statistika-S1, program studi Biologi, program 
              studi ilmu dan teknologi pangan-S1, program studi agribisnis – S1, ..., }
3. N = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, ..., }.
          Berdasar contoh notasi himpunan di atas, dapat disimpulkan bahwa anggota himpunan tertentu dapat didaftar secara terbatas, atau secara lengkap, dimana setiap anggota dipisahankan oleh tanda koma dan ditutup dengan tanda kurung kurawal. Bentuk notasi himpunan seperti tersebut di atas dinamakan notasi himpunan bentuk pendaftaran atau tabular form.
          Terdapat cara lain untuk penulisan (notasi) himpunan, seperti contoh tersebut di bawah ini.
1. A = { x I x sungai-sungai di daerah kabupaten Banyumas }
2.  B = { x I x program studi fakultas MIPA-UT }
3. N = { x I x bilangan Asli }.
          Berdasarkan contoh notasi himpunan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa anggota himpunan tertentu dapat disimbolkan dengan huruf kecil x yang memiliki sifat-sifat tertentu yang
dimiliki oleh anggota himpunan tersebut. Bentuk notasi himpunan seprti tersebut di atas, dinamakan notasi himpunan bentuk pembangun rincian atau set –builder form, dengan garis vertikal dibaca “ di mana” dan ditutup dengan kurung kurawal.
          Untuk mengetahui pengertian himpuan bilangan Raal, di bawah ini diketengahkan pendapat dari tiga orang pakar matematika yaitu:
1.    Pantur Silaban ( 1964, hal 3), mengemukakan bahwa himpunan bilangan Asli ( N), himpunan bilangan Bulat ( Z), himpunan bilangan Rasional (Q), dan himpunan Bilangan Irasional adalah merupakan anggota himpunan bilangan Real (R).
2.     Muchtar G ( 1988, hal 115), mendefinisikan bilngan Real adalah himpunan semua bilangan yang dapat dinyatakan dengan pecahan desimal.
3.    Edwind J. Purcell ( 1992 : hal 2), mengatakan bahwa kalkulus didasarkan pada sistem bilangan real dan sifat-sifatnya.
          Berdasar pendapat ketiga pakar matematika tersebut, dapat disimpulkan bahwa himpunan bilangan real mendasari kalkulus. 
B.  Rumusan Masalah
          Berdasar penjelasan pada bagian pendahuluan di atas maka disusunlah rumusan masalah seperti tersebut di bawah ini.
1.    Apakah pengertian Himpunan?
2.    Apakah pengertian Himpunan Bilangan Real?
3.    Apakah pengertian Kalkulus?

C.  Pembahasan
I.  Pengertian Himpunan
1. Notasi Himpunan
          Pantur Silaban ( 1989, hal 1), mengatakan bahwa himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas obyek-obyek yang didefinisikan secara jelas. Sebagai contoh misal ; himpunan penduduk bumi, himpunan mahasiswa program studi S1-Pendidikan Matematika UT, himpunan sungai-sungai di kabupaten Banyumas, himpunan peserta haji dari daerah kabupaten Banyumas tahun 2016.
          Cara penulisan (notasi) himpunan menggunakan huruf besar, sedangkan obyek-obyek tertentu yang menjadi anggota (elemen) himpunan menggunakan huruf kecil.  Sebagai contoh :
a. A = { sungai Serayu, sungai Pelus, sungai Logawa, sungai Kranji, sungai Sogra, ..., }
b. B = { program studi Matematika-S1, program studi Statistika-S1, program studi Biologi, program 
              studi ilmu dan teknologi pangan-S1, program studi agribisnis – S1, ..., }
          Berdasar contoh notasi himpunan di atas, dapat disimpulkan bahwa anggota himpunan tertentu dapat didaftar secara terbatas, atau secara lengkap, dimana setiap anggota dipisahankan oleh tanda koma dan ditutup dengan tanda kurung kurawal. Bentuk notasi himpunan seperti tersebut di atas dinamakan notasi himpunan bentuk pendaftaran atau tabular form.
          Terdapat cara lain untuk penulisan (notasi) himpunan, seperti contoh tersebut di bawah ini.
a. A = { x I x sungai-sungai di daerah kabupaten Banyumas }
b.  B = { x I x program studi fakultas MIPA-UT }
c. C = { x I x peserta haji Indonesia dari daerah kabupaten Banyumas tahun 2016 }.
          Berdasarkan contoh notasi himpunan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa anggota himpunan tertentu dapat disimbolkan dengan huruf kecil x yang memiliki sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh anggota himpunan tersebut. Bentuk notasi himpunan seprti tersebut di atas, dinamakan notasi himpunan bentuk pembangun rincian atau set –builder form, dengan garis vertikal dibaca “ di mana” dan ditutup dengan kurung kurawal.
2.Jenis Konsep Himpunan
          Teori himpunan terdiri dari beberapa jenis konsep antara lain, seperti tersebut di bawah ini.
a. Fungsi ( Pemetaan)
Perlu kita ketahui bhwa terdapat tiga hal yang diperlukan untuk terjadi suatu fungsi, yaitu
1). Himpunan A
2). Himpunan B
3). Suatu kalimat terbuka yang merupakan aturan yang mengaitkan tiap elemen dari  x ε A de-
 ngan suatu elemen tunggal y ε B.
          Andaikan untuk tiap-tiap elemen dalam sebuah himpunan A ditetapkan, melalui beberapa macam cara, sebuah elemen tunggal dari himpunan B. Kita menyebut penetapan demikian adalah sebagai suatu fungsi. Jika suatu fungsi kita simbolkan dengan huruf f kecil, maka f yang menyatakan penetapan ini, dinotasikan dengan :

f :  A    B
          Kita dapat juga memetakan sebuah fungsi dengan gambar digram Ven, seperti tersebut dibawah ini.

Gb. 1
          Dari penjelasan Gb.1, tentang notasi dari  himpunan A ke dalam B tersebut, maka  himpunan A disebut domain (ranah) dari fungsi f , dan B disebut codomain atau coranah dari fungsi f. Selanjutnya , jika a1 ε A maka b1 ε B yang ditetapkan untuk a disebut bayangan (image) dari a dan dinyatakan oleh f(a 1 ) = b 1 .

         f(a 2 ) = b 2
          f(a 3 ) = b 3  

Gb.2

Andaikan Negara Indonesia sebagai elemen Himpunan E pada diagram Ven pada Gmbar 2, maka Jakarta merupakan nama  ibu kota Negara Indonesia ditetapkan sebagai elemen himpunan F. Selanjutnya nama-nama negara yang merupakan elemen pada himpunan E, maka nama ibukota negaranya ditetapkan sebagai elemen pada himpunan F.
          Setiap elemen himpunan E disebut domain (ranah) dari fungsi f , dan setiap elemen yang ditetapkan pada himpunan F disebut codomain atau coranah dari fungsi f. Selanjutnya , jika nama negara Indonesia ε E, maka Jakarta merupakan nama ibukota negara Indonesia ditetapkan sebagai ε.  . . .  . . . . . untuk untuk nama negara  disebut bayangan (image) dari nama negara  dan dinyatakan oleh f( negara  ) =  ibukota.
f( Indonesia ) = Jakarta .
f(Malaysia)     = Kualalumpur
f(Thailand )     = Bangkok
f(Jepang )         = Tokyo
II. Pengertian Himpunan Bilangan
          Sebelum membahas tentang himpunan bilangan, akan kita bahas mulai dari pengertian himpunan bilangan Asli., himpunan Bilangan Bulat, himpunan Bilangan Rasional, dan himpunan Bilangan Irasional dan Himpunan Bilangan Real
a.    Himpunan Bilangan  Asli
          Bilangan asli adalah himpunan bilangan bulat positif dan nol tidak termasuk. Nama lain dari bilangan ini adalah bilangan hitung atau bilangan yang bernilai positif (integer positif).
Himpunan bilangan Asli secara matematetika dinotasikan dengan lambang / simbol sebagai berikut.
 N = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, ..., }.
b.    Himpunan Bilangan Bulat
          Selanjutnya dengan menambahkan bilangan negatifnya dan bilangan nol sebagai anggota himpunan, akan terbentuk himpunan bilangan Bulat. Adapun notasi himpunan bilangan Bulat adalah seperti tersebut di bawah ini.
Z = { ..., - 5, - 4, - 3, - 2, - 1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, ..., }.
          Jadi bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan asli, bilangan nol dan bilangan negatif.
          Muchtar G ( 1992, hal 15), mendefinisikan operasi  sebagai berikut.
Apabila a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, a ≠ 0, maka a dikatakan pembagi dari b, jika dan hanya jika terdapat suatu bilangan bulat c, demikian sehingga b = a.c.
Sebagi contoh :
 5 │ 45 = 9, Ini berarti a = 5,  dan b = 45, demikian sehingga terdapat bilangan bulat c = 9, sehingga
 45 = 5 . 9
7 │ 56 = 8, Ini berarti a = 7,  dan b = 56, demikian sehingga terdapat bilangan bulat c = 8, sehingga
56    = 7 . 8

c.    Himpunan Bilangan Rasional
          Namun jika pembaginya adalah bilangan bulat yang lebih besar dari bilangan bulat yang dibagi, maka akan mendapatkan hasil bilangan Rasional ( bilangan Pecahan) atau bilangan Irasional.
Sebagai contoh :  
8│4 = 0,5 , Ini berarti a = 8 =  adalah bilangan bulat pembagi , dan b = 4 = bilangan bulat yang dibagi ,   Hasil baginya adalah bilangan bukan bilangan bulat = 0,5. Bilangan 0,5 adalah bilangan rasional .           
atau 15│ 5 = 0,3333..., , Ini berarti a = 15 ( bilangan bulat pembagi ), dan b = 5 = bilangan bulat yang dibagi ,   Hasil baginya adalah bilangan = 0,5 ( bilangan rasional ).     
          Untuk lebih memahami tentang cara mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal, perhatikan contoh di bawah ini.      
Sebagai contoh :
 8 │3 = 0,375
      3,0
       24  
          60
          56
              40
              40
                0
13│ 11,0= 0,846153.......
        11,0
        104
             60
             52
                80
                78
                   20
                   13
                      70
                       65
                          50

          Berdasar contoh operasi pembagian bilangan bulat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bilangan Rasional adalah  bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk desimal. Jadi bilangan rasional adalah bilangan-bilangan yang merupakan rasio (pembagian) dari dua angka (integer) atau dapat dinyatakan dengan a/b, dimana a merupakan himpunan bilangan bulat dan b merupakan himpunan bilangan bulat tetapi tidak sama dengan nol. 
          Bilangan rasional ( Muchtar G : 1988, hal 114), mengatakan bahwa bilangan Rasional dapat dinyatakan dalam bentuk desimal berhingga atau bentuk desimal berulang tak hingga. Sebagai contoh : bilngan desimal 0,25 ( desimal berhingga, sedangkan 0,2500000.... ( bilngan desimal berulang tak hingga dimana angka yang berulang adalah 0.
Bilangan desimal bentuk 0,25 dapat dijadikan bentuk :
0,25000000....atau 0,2499999... , kedua bentuk berulang tak hingga tersebut adalah menyatakan bilangan yang sama yaitu 0,25 atau ¼.
          Bukutikan bahwa bilangan desimal 0,25000000. . .  dan 0,24999999 adalah bilangan  0,25 atau ¼.
Diketahui :
Bilangan desimal :  0,25000000
dan 0,2499999
Buktikan : bilangan desimal 0,250000 dan 0,2499999
adalah menyatakan bilangan desimal berulang tak hingga yang sama.
Bukti        :
Misal     x   = 0,249 maka :
     1000 x  = 249,999
        100x =     24,999                           
       900 x =  225,000000
               x = 225/900
               x = 1/4
Jadi bilangan desimal 0,250000... Dan 0,2499999... Adalah menyatakan
bilangan rasional yang sama = 1/4

          Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan rasional adalah bilangan pecahan biasa atau bilangan desimal berhingga atau berulang tak hingga.
d.   Himpunan Bilangan Irrasional
         Bilangan Irasional adalah bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk desimal tak hingga .
Contoh :   π = 3,1415926535.... dan √2 = 1,414213562.....)
          Dari contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan Irasional adalah bilangan desimal tak hingga tak berulang.
e.    Himpunan Bilangan Real
          Untuk lebih memahami pengertian himpunan bilangan Real, di bawah ini akan dikemukakan pengertian dari dua pakar matematika dari :  
1.    Pantur Silaban ( 1964, hal 3), mengemukakan bahwa bilangan Asli ( N), bilangan Bulat ( Z), bilangan Rasional (Q), dan Bilangan Irasional adalah merupakan anggota himpunan bilangan Real.
2.     Muchtar G ( 1988, hal 115), mendefinisikan bilngan Real adalah himpunan semua bilangan yang dapat dinyatakan dengan pecahan desimal.
          Dari pembahasan pengertian bilangan real di atas dapat disimpulkan bahwa  bilangan Real adalah himpunan,  bilangan Rasional dan bilangan Irasional, bilangan Asli ( Natural ), bilangan Bulat positip dan negatifnya  serta bilangan nol.
III. Pengertian Kalkulus
          Edwind J. Purcell ( 1992 : hal ix ), mengatakan bahwa kalkulus adalah cabang matematika yang mempelajari tentang  :
1. Konsep Fungsi; 2. Konsep Limit; 3. Konsep Kekontinuan; 3. Konsep Derivatif / Diferensial / Turunan; 4.Konsep  Integral / Anti Turunan;  5. Konsep Deret ( Deret Hitung, Deret Geometri, Barisan ); 6. Dan yang lainnya.
1. Pengertian Konsep Fungsi
    a. Pengertian Fungsi/ Pemetaan
                Berdasar tujuh konsep kalkulus tersebut, maka konsep butir satu yaitu konsep fungsi akan menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini. Terdapat tiga hal yang diperlukan untuk memahami konsep fungsi yaitu :
a. Himpunan A
b. Himpunan B
c. Suatu kalimat terbuka yang merupakan aturan yang mengaitkan tiap elemen dari  x ε A de-
 ngan suatu elemen tunggal y ε B.
          Setiap elemen yang ditetapkan oleh suatu himpunan A ke sebuah elemen tunggal pada himpunan B melalui beberapa macam cara. Kita menyebut penetapan demikian adalah sebagai suatu pemetaan atau fungsi. Namun jika setiap elemen suatu himpunan A ditetapkan pada lebih dari satu elemen himpunan B, maka penetapan yang demikian bukanlah merupakan suatu fungsi. Untuk lebih memahami fungsi atau bukan fungsi, perhatikan gambar di bawah ini.

  
          Kesimpulan dari penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 
          Fungsi/pemetaan adalah sebuah relasi dari himpunan A ke himpunan B yang memasangkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B.
a.   Himpunan A = { a, b, c }, disebut domain ( daerah asal ) fungsi.
b.      Himpunan B = { x,y, z }, disebut daerah kawan ( kodomain ) fungsi.
c.       Himpunan B, yang dipasangkan dengan setiap anggota A disebut range ( daerah hasil fungsi).
d.      Himpunan B yangmerupakan daerah hasil fungsi (range) membentuk himpunan pasangan terurut.     
b. Pasangan terurut
          Berdasar  gambar pada diagram Ven di atas, maka dapat disusun himpunan pasangan terurut, seperti tersebut di bawah ini.
Contoh 1.

Domain fungsi A = {a, b, c},  Range fungsi B = {x, y, z }

Himpunan pasangan terurut fungsi :  A                   B, adalah P = {(a, x), (b, y), (c, z) }
Contoh 2.
Domain fungsi A = {a, b, c}, Range fungsi B = {x, y }
Himpunan semua pasangan terurut fungsi :  A               B, adalah Q = {(a, x), (b, y), (c, x) }

          Selanjutnya perlu dijelaskan juga pengertian fungsi/pemetaan menggunakan pendekatan diagram Cartesius. Untuk lebih menambah wawasan tentang fungsi, di bawah ini akan dikupas tentang jenis fungsi antara lain :
c. Jenis Fungsi
1). Fungsi Linear
          Agar lebih memahami tentang konsep fungsi, perlu dibahas cara menggmbar fungsi melalui diagram Cartesius.
Contoh : Gambarlah grafik fungsi :  2x – 3y = 12 menggunakan diagram Cartesius.
Dengan domaiin A = { -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4 }
Penyelesaian:
Langkah-langkah menggmar grafik fungsi menggunakan digram Cartesius, yaitu :
1.  Menyiapkan tabel himpunan pasangan terurut
2. Mencari solusi/ himpunan penyelesaian pasangan terurut dengan mensubtusikan
     nilai x elemen himpunan domain fungsi ke persamaan yang diketahui.
     2x – 3y =   12

x
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
y=f(x)
-6,6
-6
-5,3
-4,6
-4
-3,3
-2,6
-2
-1,3
          Tabel tersebut di atas, dicari penyelesainya dengan cara mensubtusikan nilai x elemen himpunan domain , A = { -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4 ke dalam persamaan :  
 2x – 3y =   12
Untuk x=-4 , maka 2x – 3y = 12
                                    2(-4) – 3y = 12
                                    -8 – 3y = 12
                                          -3y = 20
                                              y= -6,6
Untuk x = -3, maka   2(-3) – 3y = 12
                                            -6 – 3y = 12
                                                   -3y = 18
                                                        y= -6
Untuk x = -2, maka   2(-2) – 3y = 12
                                            -4 – 3y = 12
                                                   -3y = 16
                                                        y= -5,3
Untuk x = -1, maka   2(-1) – 3y = 12
                                            -2 – 3y = 12
                                                   -3y = 14
                                                        y= -4,6

Untuk x = 0,  maka 2(0) – 3y = 12
                                         0 – 3y = 12
                                                   -3y = 12
                                                        y= -4
Untuk x = 1, maka   2(1) – 3y = 12
                                            2 – 3y = 12
                                                   -3y = 10
                                                        y= 3,3
Untuk x = 2, maka   2(2) – 3y = 12
                                            4 – 3y = 12
                                                   -3y = 8
                                                        y= 2,6
Untuk x = 3, maka   2(3) – 3y = 12
                                            6 – 3y = 12
                                                   -3y = 6
                                                        y= -2
Untuk x = 4, maka   2(4) – 3y = 12
                                            8 – 3y = 12
                                                   -3y = 4
                                                        y= -1,3

Untuk y = 0,  maka 2x – 3y = 12

                                   2x – 3.0 = 12

                                    x= 6 => (x,y) = (6, 0)


Berdasar gambar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pemetaan/ fungsi linear : 2x – 3y = 12, pada diagram Cartesius menghasilkan range berbentuk garis lurus.


          










Untuk mencari himpunan penyelesain fungsi kuadrat maka nilai  y = 0, sehingga  
 ax2 + bx + c  = 0
 a {x2) + (b/a)x } + c/a =0
 { x2 + 2.(b/2a).x +( b/2a)2 –(b/2a)2} = - c/a
  { x2 + 2.(b/2a).x +( b/2a)2 = (b2/4a2)  - c/a
  (x + b/2a)2 = (b2/4a2) – (4ac)/4a2)
  ( x + b/2a)2 = (b2/4a2) – (4ac/4a2)
   (x +b/2a)2= {( b2 – 4ac)/4a2}
   (x +b/2a)=√ {( b2 – 4ac)}/(2a)
    (x +b/2a)= √ D/(2a),dimana  D = b2 – 4ac ( D = simbol Diskriminan).
                   x = -b/2a ± √ D/(2a),
                    x ={( -b ± √ D)}/(2a)   
Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi :
a). Jika D ˃ 0, , misal √ D = p, sehingga HP ( Himpunan Penyelesaian) nya adalah :
      x =( -b + p )/ 2a  atau (–b – p)/2a ; HP nya merupakan dua bilangan real berlainan.
b). Jika D = 0, maka  x =( -b + 0 )/ 2a  atau x = (–b – 0)/2a, HP nya adalah x = -b. Jadi HP nya merupakan  bilangan real kembar.
c). Jika D < 0 . maka HP nya bukan bilangan real , tetapi merupakan bilangan imajiner. 
          Selain kemungkinan-kemunginan tersebut di atas, fungsi kuadrat  membentuk  grafik parabola, dengan ketentuan sebagai berikut :
  d). a ˃ 0 dan D ˃ 0, maka  parabola terbuka ke atas dan memotong sumbu x
   e). a ˃ 0 dan D = 0, maka parabola terbuka ke atas dan menyinggung sumbu x
    f). a ˃ 0 dan D < 0, maka parabola terbuka ke atas dan di atas sumbu x
    g). a < 0 dan D ˃ 0, maka  parabola terbuka ke bawah dan memotong sumbu x
    h). a < 0 dan D = 0, maka parabola terbuka ke bawah dan menyinggung sumbu x
     i). a < 0 dan D < 0, maka parabola terbuka ke bawah dan di bawah sumbu x

j).  Sumbu simetri jika x = -b/ 2a
      k). Titik balik jika P (-b/ 2a, D/-4a)
          Untuk lebih memahami grafik fungsi kuadrat perhatikan gambar di bawah ini.
Contoh :
 Carilah HP fungsi kuadrat : f(x) = y = x2 + 6x + 5 , dengan domen fungsi  A = { -4, -3, -2, -1, 0 }. Gambarlah range funsi kuadrat tersebut.
Titik potong dengan sumbu x, maka y = 0
 x2 + 6x + 5 = 0
( x + 5 ) ( x + 1 ) = 0
X1= -5     x2 = -1
D = b2-4ac
    = 36 – 4( 1). (5)
    = 36 – 20
    = 16
Jadi D ˃ 0
Sumbu simetri x = -b/ 2a
                            X = -6/2.1 = -3
                            Y = D/-4a
                             Y = 16/ -4 ( 1)
                             Y = -4
Titik balik P(-3,-4).
Untuk mencari range fungsi : f(x) = y = x2 + 6x + 5 , substitusikan elemen domen fungsi ke  persamaan    x2 + 6x + 5 = 0
Untuk x=-4 , maka y = x2 + 6x + 5
                                    y= 16 -24 +5
                                    y = 21 -24
                                    y = -3
                                  P(-4, -3)
Untuk x=-3 , maka y = x2 + 6x + 5
                                    y= 9 -18 +5
                                    y = 14 - 18
                                    y = -4
                                 Q( -3,-4)
Untuk x=-2 , maka y = x2 + 6x + 5
                                    y= 4 -12 +5
                                    y = 9 -12
                                    y = -3
                                R( -2, -3)
 Untuk x=-1 , maka y = x2 + 6x + 5
                                    y= 1 -6 +5
                                    y = 0
                               S(-1, 0)
Untuk x=0 , maka y = 0 + 0 + 5
                                    y= 5
                               T(0,5)       
Range fungsi : f (x) = y = x2 + 6x + 5, ditunjukkan pada gambar tersebut di bawah ini.                                
          Berdasar pada gambar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Himpunan Penyelesaian fungsi kuadrat : f(x) = y = x2 + 6x + 5, bentuk parabola cekung ( terbuka ke atas) karena nilai a ˃ 0 yaitu a = 1
2. Himpunan penyelesaian fungsi (x)= x2 + 6x + 5, untuk y = 0, adalah dua bilangan real yang berlainnan, yaitu X1 = -5  atau    x = -1
3. Himpunan penyelesaian fungsi, adalah grafiknya memotong sumbu x di dua tempat yang berlainan , karena  D ˃ 0, yaitu D = 16

D. Kesimpulan
          Dari pembahasan  di atas, dapat disimpulkan seperti tersebut di bawah ini.
1. Himpunan penyelesaian  fungsi linear melalui diagram Cartesius menghasilkan range fungsi berupa garis lurus.
2. Himpunan Penyelesaian fungsi kuadrat : f(x) = y = x2 + 6x + 5, bentuk parabola cekung ( terbuka ke atas) karena nilai a ˃ 0 yaitu a = 1
3. Himpunan penyelesaian fungsi (x)= x2 + 6x + 5, untuk y = 0, adalah dua bilangan real yang berlainnan, yaitu X1 = -5  atau    x = -1
4. Himpunan penyelesaian fungsi, adalah grafiknya memotong sumbu x di dua tempat yang berlainan , karena  D ˃ 0, yaitu D = 16

E. Kepustakaan

Budhi Prayitno, 1996. Matematika. Jakrta : Penerbit Erlangga.

Edwind J. Purcell , 1992. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Penerbit Erlangga

Gatot Muhsetyo , 2003. Dasar dasar Teori Bilangan. Malang: Badan Penerbit FP MIPA Universitas Negeri Malang

Muchtar G, 1992. Pengantar Teori Bilangan. Padang : Badan Penerbit FP MIPA IKIP Negeri Padang.

Muchtar G, 1988. Ilmu  Bilangan. Padang : Badan Penerbit FP MIPA IKIP Negeri Padang.

Pantur Silaban, 1992. Teori Himpunan. Jakarta: Penerbit Erlangga.  

Sartono Wirodikomo, 1995. Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga.